BONEPOS.COM, MAKASSAR – Akademisi Universitas Muhammadiyah Makassar, Ismail mengungkapkan, sepekan terakhir jelang Pilwalkot Makassar 2020 merupakan masa krusial. Rentang periode itu kebanyakan warga akan memutuskan pilihannya untuk dicoblos pada hari pemungutan suara, Rabu (9/12/2020) pekan depan.

Terlepas dari banyaknya hasil survei yang berseliweren jelang hari H, pengajar Fakultas Ilmu Pendidikan ini berpendapat, tidak akan begitu efektif dalam memengaruhi pemilih. Yang paling menentukan, lanjut Dia, selain program adalah sikap dan karakter paslon bersama timnya di lapangan.

Olehnya itu, paslon yang tidak diunggulkan dalam hasil survei belum tentu kalah. Bisa jadi, malah menang di TPS.

Menurut Ismail, warga Makassar sudah cerdas dan bisa memilih figur terbaik untuk memimpin kota berjuluk Angin Mamiri. Cara kolot dengan menyewa jasa survei hingga praktik politik uang tidak akan mempengaruhi signifikan suara pemilih. Malah, kandidat dan tim yang coba memaksakan kemenangan dengan cara tidak demokratis berpotensi akan ‘dihukum’ warga Makassar.

“Para paslon dan tim harus hati-hati dalam bergerak, terlebih sepekan terakhir menjelang pemungutan suara. Ini masa krusial, paslon yang coba memaksakan kemenangan dengan cara apapun, malah bisa menjadi blunder dan akhirnya ditinggalkan pemilih,” sebutnya, Kamis (3/12/2020).

Berdasarkan pengamatan Ismail, dari empat paslon terdapat dua paslon yang posisinya rawan ditinggalkan pemilih, meski selalu unggul di survei dan balihonya merajalela di jalan.

Kedua paslon ini, Ismail mengungkapkan berpeluang ‘dihukum’ oleh warga Makassar karena sikap kandidat dan timnya yang terus mempertontonkan gesekan dan kekerasan. Dalam debat dua kali debat publik misalnya, kedua paslon ini terus saling serang dan menjatuhkan rivalnya, sehingga kurang fokus pada eksplorasi program.

Di tataran akar rumput, dia melihat tim dan pendukung kedua paslon pun sibuk saling cemooh. Gesekan tidak terelakkan, khusus di dunia maya. Bahkan, sempat ada kejadian, pendukung paslon nomor urut 1 menikam pendukung paslon nomor urut 2 di sekitar arena debat di Jakarta, beberapa waktu lalu.

“Kalau itu terus berlanjut, bisa saja paslon tersebut akan ‘dihukum’ warga Makassar dengan tidak memilihnya. Ya itu mungkin saja terjadi karena warga, khususnya pemilih cerdas dan rasional tidak pernah suka dengan paslon yang hanya mempertontonkan gesekan dan kekerasan. Itu hanya menimbulkan antipati pemilih,” beber alumni Pascasarjana UNM ini.

Bila itu terjadi, Ismail melanjutkan tentunya yang paling diuntungkan adalah dua paslon lain, masing-masing paslon nomor urut 3, Syamsu Rizal-Fadli Ananda (Dilan) dan paslon nomor urut 4, Irman Yasin Limpo-Zunnun Nurdin (Imun). Musababnya, selain dukungan dari basis massa, mereka berpeluang menerima limpahan suara dari warga yang mengalihkan dukungan dari dua paslon lain. (rls)