BONEPOS.COM, BONE – Perempuan cantik 19 tahun, Ira, resmi berstatus istri dari Bora. Pernikahan kembang desa ini, viral. Tidak hanya di dunia nyata, tetapi juga dunia maya.
Dikarenakan, pernikahan tersebut terpaut usia sangat jauh, 39 tahun.
Ya, pernikahan beda usia ini terjadi di Desa Bana, Kecamatan Bontocani, Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan, tepatnya di Dusun Cippaga, Desa Bana, Rabu (7/4/2021).
Mempelai pria bernama Bora berusia 58 tahun. Sedangkan mempelai wanita bernama Ira Fazilah berumur 19 tahun.
Boneposcom berkesempatan berbincang bersama Ira. Diakuinya, setelah menikah, sempat kaget pada saat bangun dari tidur. Lantaran sebelumnya kalau tidur sendirian, namun sekarang sudah ada yang menemani.
Ira bercerita, alasan memilih menikah bersama Bora yang berusia jauh darinya, lantaran ingin merawat Bora yang sudah sering sakit-sakitan.
Diakui Ira, banyak orang yang mempertanyakan keputusannya itu. Namun, dia tidak malu dengan apa yang sudah terjadi.
“Saya tidak pernah pacaran. Jadi pacar pertama saya Dia (Bora, red). Bora datang dan langsung mengajak menikah,” tutur Ira kepada Boneposcom, Jumat (9/4/2021).
Lanjut Ira, dari pernikahannya ini, dia berharap dikaruniai dua anak. “Semoga cepat,” ucapnya.
Sementara itu, pengantin pria, Bora berujar, tidak menargetkan jumlah anak bersama Ira.
Mengenai lokasi tempat bulan madu, Bora tidak pergi ke daerah yang jauh. Justru memilih tinggal di rumah yang ada di kebun.
“Saya mau secepatnya punya anak,” tutur Bora, Kamis (8/4/2021).
Disinggung mengenai momen malam pertama, Bora tersipu. Dia memilih tersenyum saat dicecar pertanyaan tersebut.
Demikian pula sang istri, juga senyum-senyum mendengarkan sejumlah pertanyaan.
Sementara itu, Kepala Desa (Kades) Bana, Ishak bercerita, kedua mempelai masih memiliki hubungan kekerabatan.
Proses pernikahan keduanya berjalan normal. Termasuk mengadakan resepsi.
“Istilah di kampung acara adat terakhir prosesi pernikahan Mappasihada,” tutur Kades Ishak, kepada Boneposcom, Kamis (8/4/2021).
Lanjut Kades Ishak, tujuan dari Mappasihada untuk mempererat hubungan dalam bentuk saling suap gula dan kelapa atau makanan lainnya sebagai akhir kegiatan prosesi adat setelah resepsi.
“Sehingga tidak ada lagi rasa malu dan sekat memasuki suami istri,” tuturnya.
Masih kata Ishak, Bora sehari-hari bekerja sebagai petani dan Ira sebagai gadis desa.
“Bora ini awalnya masih lajang. Belum pernah menikah. Sedangkan Ira gadis desa. Anak pertama dari empat bersaudara,” ucap Ishak.
Lebih lanjut, kata Ishak uang panaik Bora kepada mempelai wanita senilai Rp10 juta.
“Maharnya berupa kebun,” ungkapnya. (*)
Tinggalkan Balasan