Opini: Memaknai Kemerdekaan. Sangatlah berbeda peringatan hari kemerdekaan kita untuk dua tahun terakhir ini. Seiring dengan wabah virus sars-cov2 yang disebut corona virus menjadi disease yang mendunia, yang oleh badan kesehatan dunia (WHO) menetapkannya menjadi suatu pandemik. Yang dalam sejarah satu abad terakhir terjadi dua kali yakni pada 1918 dan 2019.

Pandemi covid19 nyaris merubah segala nya. Peradaban manusia dengan sangat tragis harus berubah seketika. Sangat berbeda dengan kondisi pandemi pertama tahun 1918 meskipun korbannya jauh lebih banyak, hampir lima puluh juta orang. Tetapi tidaklah berlangsung lama. Sementara corona virus disease belum dapat diketahui kapan akan berakhir serta bahkan virus ini mengalami mutasi yang demikian cepat.

Dalam perayaan hari kemerdekaan tahun lalu dilakukan dengan amat sangat terbatas (luring) dan dapat diikuti secara virtual (daring). Untuk tahun ini sebagaimana di rilis dari istana kepresidenan menyebutkan bahwa akan di tambah peserta dalam jaringan hingga 45 ribu orang secara virtual. Sementara yang dapat menghadiri upacara secara langsung masih dalam jumlah undangan terbatas, akan tetapi lebih banyak dari tahun lalu. Demikian pula di daerah. Semarak perayaan hari kemerdekaan tahun tahun sebelumnya selalu ada kegiatan yang diinisiasi masyarakat secara luas.

Sebagai pertanda rasa syukur dan bahagia dengan kemerdekaan yang kita rengkuh. Para pejuang bangsa, founding fathers, dan relawan lokal di seluruh persada nusantara telah mengukirkan dengan darah dan semangat mereka berjuang melawan penjajah, kemudian diperingati dengan gegap gempita, seraya mengingat akan jasa jasa para pahlawan negeri yang telah berkorban atau bahkan rela kehilangan kehidupan untuk sebuah kemerdekaan bagi anak cucunya kelak.

Itulah makna kemerdekaan bagi pendahulu kita. Bagi generasi sekarang dan akan datang, bukan hanya sekedar tahu akan makna kejuangan yang mendasari mereka berani melawan intimidator dari luar itu, untuk sebuah patriotisme dan nasionalisme yang membingkai sukma mereka, tetapi juga bagaimana memaknai kemerdekaan itu di tengah era yang jauh berbeda dengan masa masa itu dan dalam situasi yang sangat krusial atau bahkan tidak norma di tengah serangan virus ini.

Tema peringatan hari Kemerdekaan RI ke 76 Tahun 2021 adalah Indonesia Tangguh, Indonesia Tumbuh. Arti dari tema ini paling tidak dapat kita lihat dari perspektif, pertama, bahwa pelbagai macam cobaan dan masalah yang menerpa bangsa, baik dari persoalan internal, juga dari luar merupakan bagian dari tantangan yang sedang dihadapi untuk senantiasa tangguh.

Bangsa ini telah banyak belajar dari pengalaman masa lalu. Meskipun kita dijajah dalam kurun waktu lama, saya tidak mau menggunakan masa penjajahan oleh Belanda dan dilanjutkan sekutu itu lebih dari tiga setengah abad dalam artian penjajahan secara fisik, bahwa melalui kaki tangan VOC, persekutuan dagang dunia pada masa itu, kemampuan mengakselerasikan potensi yang dimiliki bangsa ini telah membuat penjajah kewalahan selain juga rentetan perkembangan perang di berbagai sudut dunia ikut memengaruhi percepatan deklarasi kemerdekaan itu.

Kedua, bahwa semangat dari anak bangsa ini yang terus terjaga atau bahkan termotivasi untuk bisa keluar dari situasi yang amat genting sekalipun juga sudah pernah di alami. Oleh sebab itu, tiadalah aral yang bisa menghalangi atau menghambat derap langkah untuk maju ke depan. Berdiri di atas kaki sendiri adalah karakter yang sudah lama tertanam dalam dalam diri setiap anak bangsa, sehingga itu menjadi kapital untuk bisa mandiri.

Perlahan tapi ada kepastian yang akan disongsong. Maju dan terus tumbuh adalah manifestasi tangguh. Sehingga penetap-pilihan tema ini sangat bersesuaian dengan dinamika situasi dunia yang harus dihadapi bersama. Pandemi bukan hanya urusan kita, urusan bangsa ini, tetapi juga dialami oleh seluruh bangsa di permukaan bumi. Menjadi tanggung jawab bersama untuk mencipta alternatif solusi menuju herd community

Ketiga, bersatu dalam kebersamaan, bekerjasama dalam persatuan seyogyanya menjadi semboyan kita, ruh bangsa ini untuk terus melangkah. Sebab banyak rintangan yang akan kita hadapi dan akan semakin terjal harus kita telusuri untuk bisa sampai tujuan.

Memerdekakan diri

Dalam tulisan saya lalu dengan judul Memerdekakan Diri dari Covid19 , sesungguhnya ada dua hal yang menjadi penekanan, pertama, virus ini tidak akan pernah punah. Dia akan terus hidup dan tumbuh dalam alamnya. Kita hanya bisa berupaya mengendalikan agar tidak makin menyengat dalam sudut ruang yang sempit dan kita abai terhadap protokol kesehatan, kedua, karenanya, kita akan hidup berdampingan dengan virus ini sepanjang hidup kita. Berbeda dengan penyakit lain seperti HIV/Aids dan sejumlah penyakit berbahaya lainnya yang pernah menjadi epidemi.

Virus Influensa ini memang menjadi bagian dari “warna” kehidupan sepanjang masa. Imunitas diri yang bisa mengimbangi atau melawan speisies virus satu ini. Jikalau kita sudah bisa memerdekakan diri dari virus dengan vaksinasi dan protokol kesehatan, sehingga aktifitas lainnya berjalan normal tanpa perlu pembatasan dan pengekangan, maka sejatinya kita sudah mampu memerdekakan diri dari virus sars-cov2 atau corona virus.

Selain itu, cara memaknai kemerdekaan ini dapat-lah di bagi dalam tiga kategori, pertama, para pemangku kepentingan yang berhubungan langsung dengan pengelolaan pemerintahan untuk senantiasa bertumpu pada konstitusi dan perundangan undangan. Dan, dalam penyusunan undang undang sebagai kerangka berpijak mengatur negara untuk memfondasikan pada pemenuhan kepentingan dan kebutuhan rakyat secara berkeadlilan, menutup sekat adu domba, anti-kritik dan membawa negeri ini ke kesejahteraan rakyat sebagai cita cita pembukaan undang undang dasar.

Amanah kekuasaan dari pemilik kedaulatan harus diselenggarakan dengan baik, rasional, kecerdasan dan menghargai setiap ide dan gagasan walaupun mungkin bertentangan dengan apa yang sudah direncanakan, jikalau ternyata ada pikiran pikiran yang lebih baik, kedua, demokrasi yang berdasarkan Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa harus diterjemahkan sesuai perkembangan zaman dan apa yang dibutuhkan oleh rakyat. Demokrasi tidak boleh dipandang dari sudut kekuasaan.

Itu kekeliruan yang terjadi sepanjang kemerdekaan ini. Bahwa demokrasi harus ada dan hidup dalam jiwa setiap anak bangsa dalam melakonkan dirinya sebagai putra bangsa dalam bernegara, ketiga, generasi muda sebagai pelanjut estafeta setiap generasi harus bisa memerdekakan dirinya dari belenggu kapitalisme. Ketika kaum muda tidak memiliki kemerdekaan itu, atau rasa kemerdekaan itu tidak tumbuh dalam jiwa nya, maka yakinlah akan selalu berada di ‘ketiak ” kekuasaan pemilik modal.

Makna ketiak itu terjepit dan tidak bisa bergerak kemana ia mau, kecuali ia akan di bawa ke mana yang diinginkan oleh pemilik ketiak itu. Ini juga hal yang dihadapi bangsa kita sekarang ini. Sebab itu, tema peringatan hari kemerrdekaan harusnya menjadi momentum untuk merubah pola pikir kita dalam berbangsa. Berbangsa dan bernegara itu tidak selalu identik dengan kekuasaan. Tidak harus menjadi suatu rezim yang memiliki akses untuk mengatur negeri. Namun, merdeka dari pelbagai hal yang mengkarangkeng kemandirian harus di lawan dengan cara kita. Bukan bayang bayang negara pendonor yang mengatur dari dalam melalui cukong cukong

Merdeka belajar adalah salah satu manifestasi dari kemerdekaan berimprovisasi untuk mengejar kualitas lebih baik. Siapapun kita atau dia, punya ruang dan waktu menelorkan ide merupakan keniscayaan kemerdekaan yang sudah tumbuh dan berkembang dalam diri. Nasionalisme, patriotisme dan integritas bisa hadir dalam diri seorang yang merdeka. Tanpa kemerdekaan pintu berinovasi akan tumpul. Padahal inovasi menjadi sebuah asa untuk tumbuh dan berkembang di masa depan.

Kekuasaan Jelma Kemerdekaan