Diskusi keduanya seputar Golkar paling dominan. Lumrah saja mengingat keduanya tokoh yang sama-sama besar dari Golkar.

IAS bagi Golkar bukanlah orang asing. Dia dibesarkan di Golkar sejak 1992. Sempat menjabat Wakil Bendahara DPD II Golkar Ujung Pandang (1992–1997), lalu jabat ketua Biro Pemuda dan Olahraga DPD I Golkar Sulsel (1998-2001) dan menjadi Ketua DPD P Golkar Kota Makassar (2001-2006).

Golkar pulalah yang mengantar IAS menjadi
anggota DPRD Sulsel (1999-2004). Sampai akhirnya, wali kota Makassar 2004-2014 itu menjadi Ketua DPD I Golkar Sulsel (2008-2009).

Apalagi, ayah IAS, Sirajuddin merupakan sekretaris Golkar Sulsel l ketika masih berwujud Sekber Golkar.

Merujuk pada kentalnya Golkar sebagai habitat awal IAS, TP mengaku tidak risau dengan gonjang-ganjing IAS kiri kanan ditawari beberapa partai untuk bergabung setelah jadwal Musda Partai Demokrat Sulsel tak kunjung jelas.

“Jadi pertemuan ini juga bagian penting tanggung jawab saya sebagai ketua Golkar untuk mengingatkan habitat awal beliau adalah kuning,” sambung Taufan.

Saat keduanya akan berfoto sebelum pisah, TP sempat mengaku bersyukur. IAS ternyata masih mengenakan masker warna putih sementara dirinya menggunakan masker kuning.

“Alhamdulillah, warna masker putih ini menandakan insya Allah beliau masih bukan milik siapa-siapa. Masih netral,” tutupnya. (*)