BONEPOS.COM, WONOSOBO – Tanah longsor mengakibatkan satu warga luka berat dari Desa Parikesit, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah. Kejadian ini berlangsung pada Rabu sore (9/2/2022), pukul 15.00 WIB, yang dipicu oleh kondisi tanah labil dan hujan lebat di sekitar wilayah pegunungan Dieng.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Wonosobo melaporkan warga yang mengalami luka berat telah dievakuasi oleh tim gabungan.

Selain korban luka, BPBD setempat mencatat 1 KK terdampak dan rumah rusak berat 1 unit akibat kejadian ini. Sedangkan kerusakan sarana fisik, sebanyak 8 meter badan jalan tertutup material longsor dan 1 titik sarana irigasi terdampak.

Adapun lokasi terdampak di beberapa titik yakni di Desa Parikesit, Desa Kalilembu dan Desa Sikunang yang terletak di Kecamatan Kejajar.

Merespons peristiwa ini, petugas gabungan dari BPBD, TNI, Polri, Basarnas, dinas terkait, beberapa organisasi relawan serta warga juga melakukan pembersihan material longsor di 3 titik pada ruas jalan terdampak.

Petugas BPBD serta dinas terkait melakukan pemantauan kondisi lapangan untuk mengantisipasi potensi bahaya susulan.

Merujuk informasi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengenai wilayah potensi gerakan tanah bulan Februari 2022 di wilayah Kabupaten Wonosobo terdapat 15 kecamatan yang memiliki potensi dengan kategori mengengah hingga tinggi antara lain Garung, Kalibawang, Kalikajar, Kaliwiro, Kejajar, Kepil, Kertek, Leksono. Lebih lanjut Mojotengah, Sapuran, Selomerto, Sukoharjo, Wadaslintang, Watumalang, dan Wonosobo.

Daerah yang mempunyai potensi menengah yakni pada zona ini dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas normal, terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir, tebing jalan atau jika lereng mengalami gangguan. Sedangkan daerah yang mempunyai potensi tinggi jika curah hujan di atas normal, dan gerakan tanah lama dapat aktif kembali.

Oleh karena itu, diharapkan masyarakat dapat meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan dalam menghadapi potensi bahaya hidrometeorologi. (*)