Catatan Pinggir:
Bahtiar Parenrengi

Ramadan telah datang. Datang dengan segala janji. Menjanjikan pengampunan dosa, amalan yang berlipat dan ketakwaan.

Allah Rabb semesta ini selalu mengingatkan untuk konsisten menapaki hidup. Dan ketika kita akan mencapai posisi takwa, Allah memberi sinyal agar kita beriman.

Ketakwaan tidak raih begitu saja. Ada proses yang harus dilewati. Dan itulah menjadi nilai perjuangan. Kalaulah kita tak serius untuk meraihnya, itu artinya keimanan kita belum terpatri betul. Karena Puasa itu diperuntukkan bagi orang yang beriman.

Seperti yang ditegaskan dalam Surat Al Baqarah ayat 183, “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”

*
Semasa kecil dulu, ramadan sangat berarti. Sangat berkesan. Karena sebelum memasukinya, anak-anak telah dibiasakan untuk membersihkan masjid. Mencuci kolam air dan mengisi kolam agar air persiapan wudhu tak mengalami kendala.

Begitupun soal permainan. Ada ular tangga, Ludo, merakit mobil-mobilan dan perangkat alat musik yang terbuat dari kaleng. Semua bikin asyik dan terkadang membuat puasa seharian berlaku begitu saja, tanpa rasa haus dan lapar.

Untuk mainan mobil-mobilan, biasanya dirakit dari kayu bendala atau simpe. Dan saat itu, untuk mendapatkan kayu bendala dan simpe membutuhkan perjuangan. Biasanya, bersama sejumlah teman sepermainan harus berjalan kaki ke pasar. Saat itu, pasar masih berada didekat kompleks Tana BangkalaE.

Saat itu, jalanan yang ada sekarang didepan Tana BangkalaE terdapat barisan ruko. Kita sering menamakan ruko kereta. Diruko-ruko itu ada tempat potong rambut, penjual roti bakar dan berbagai jualan lainnya.