MAKASSAR — Ketua Umum Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin) HAM Nurdin Halid menyarankan Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan melibatkan jaringan koperasi dalam menjaga harga bahan pokok ke depan, termasuk minyak goreng.
“Pengalaman tahun 1999 saat minyak goreng melambung, membuktikan sistem koperasi paling cocok untuk stabilkan harga bahan pokok rakyat,” kata Nurdin kepada wartawan Rabu (29/6/2022).
Sebagai Ketua Umum Dekopin, Nurdin berencana menemui Zulkifli Hasan membawa usulan agar jangka panjang menjaga kebutuhan rakyat, termasuk distribusi pokok rakyat minyak goreng, memakai jaringan koperasi.
Nurdin melihat jalur distribusi selalu jadi masalah. Rantai pasokan terlalu panjang.
“Dalam rantai panjang banyak pemain di sana, bahkan memotong jalur distribusi otomatis akan mengurangi beban produksi. Kita perlu belajar sejarah. Sistem koperasi paling cocok sesuai amanah pendiri bangsa,” katanya.
Nurdin mengingatkan, amanat pendiri bangsa, perekonomian disusun sebagai usaha bersama, berdasarkan asas kekeluargaan, dan bangun usaha yang cocok untuk itu adalah koperasi. Hal itu tertuang dalam pasal 33 UUD 1945.
“Amanat pendiri bangsa itu masih relevan sampai hari ini, saya tahu persis visi dan komitmen Presiden Jokowi tentang posisi koperasi sebagai kekuatan utama ekonomi gotong royong, ekonomi ekonomi Pancasila. Beliau sampaikan visi dan komitmen setiap peringatan hari koperasi 12 Juli. Semoga Bapak Zulkifli Hasan bisa mewujudkan amanat presiden Jokowi untuk menstabilkan harga kebutuhan pokok rakyat melalui koperasi,” katanya.
Bagi Nurdin, kisruh minyak goreng mengingatkannya pada kejadian serupa pada tahun 1998-1999 lalu. Saat itu harga minyak goreng melambung tinggi. Dari 3 ribu perliter naik menjadi Rp8 ribu per liter.
Saat itu, kata Nurdin, Bulog ditugaskan pemerintah menurunkan harga minyak goreng.
“Namun gagal total, sekalipun pemerintah sudah memberikan dana Rp600 miliar kepada Bulog,” katanya.
Menyikapi situasi tersebut, Nurdin sebagai Ketum Dekopin mengatakan mengambil peran, memberikan ide dan gagasan bagaimana mengatasi kelangkaan minyak goreng.
Ia menawarkan, ide sederhana pada waktu itu, distribusi minyak goreng menggunakan jaringan usaha koperasi yang tersebar di seluruh tanah air.
“Ide itu saya sampaikan kepada Menteri Koperasi saat itu almarhum Adi Sasono, konsep itu disetujui oleh pemerintah dalam rapat kabinet terbatas yang dipimpin Menko Perekonomian Ginandjar Kartasasmita,” kenang Nurdin.
“Sebuah konsep yang sederhana yang saya sampaikan pada saat itu bahwa harus merubah pola distribusi minyak goreng atau sistem penjualan. Pada saat itu Bulog melakukan dokumen distribusi atau lebih dikenal menjual DO,” sambung Nurdin.
“Inilah yang saya ubah dari dokumen distribusi kepada phisical distribution, sehingga saya menyampaikan kepada teman induk induk koperasi untuk membentuk koperasi distribusi Indonesia atau KDI. Dirut KDI pertama Fauzan Mansur dari petinggi Bulog,” ucap Nurdin.
Strategi KDI pada saat itu, kata Nurdin, pertama induk koperasi yang tergabung dalam jaringan menggerakkan jaringan koperasi di bawahnya.
Kedua Nurdin dkk menyiapkan tangki 10 ribu yang disebar di titik distribusi di Jawa dan Bali. Tersebar Di semua kantong pemasaran di Jawa dan Bali.
“Ketiga membeli minyak goreng langsung ke pabrik dan dibawa kapal ke pelabuhan Jawa dan Bali. Kemudian dari pelabuhan minyak goreng langsung diantar oleh tangki mobil ke 10 ribu titik,” katanya.
Keempat, harga minyak goreng yang dijual di titik titik pemasaran 3000, sehingga harga yang sampai ke masyarakat tidak pernah lebih dari Rp3.500.
“Harapan pemerintah yang ketika itu kepada KDI, Alhamdulillah dalam tempo enam bulan KDI dapat menurunkan harga dari 8000 bahkan sampai terakhir 3000 rupiah. Alhamdulillah strategi KDI menurunkan harga minyak goreng diapresiasi Pemerintah,” kata Nurdin.
Nurdin mengapresiasi terobosan Zulkifli Hasan sebagai Mendag baru dalam menurunkan harga minyak goreng dalam dua pekan menjabat. Ia melihat, ada dua langkah yang dilakukan Ketua Umum DPP PAN itu.
Pertama, strategi menyebarkan 14 ribu titik. Zulkifli menyuruh minyak goreng disimpan, suplai 24 jam penuh, dan diawasi ketat sehingga masyarakat bisa membeli dengan harga 14 ribu rupiah perliter
Kedua mengembangkan kemasan sederhana untuk minyak curah agar memudahkan proses distribusi terutama menjangkau pelosok Indonesia.
Misalnya orang jauh bawa galon, dengan kemasan sederhana minyak goreng dengan mudah bisa menjangkau daerah pelosok.

Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.