MAKASSAR — Teriakan dan tulisan “Merdeka atau Mati” menghiasi atmosfer dan dinding-dinding kota di seluruh Indonesia setelah proklamasi 17 Agustus 1945.

Itu menggambarkan suasana batin para pejuang yang ingin merdeka. Lebih baik mati daripada kembali dijajah.

Merdeka menjadi dambaan setiap insan. Merdeka adalah fitrah. Setiap manusia dilahirkan sebagai makhluk yang bebas dari penindasan dan penjajahan.

“Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa. Oleh karena itu penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”.

Itulah alinea pertama Pembukaan UUD 1945.

Indonesia telah merdeka 77 tahun yang lalu. Apakah semangat juang kemerdekaan ini masih relevan dengan kondisi sekarang? Tentu saja masih relevan. Perjuangan merdeka di era sekarang bukan lagi merdeka fisik tapi merdeka jiwa. Bukan lagi melawan penjajah dengan mengangkat senjata. Tapi berjuang menyucikan jiwa dengan melawan hawa nafsu serakah.

Merdeka jiwa berarti memberi ruang yang besar kepada pengembangan potensi yang Allah telah anugerahkan kepada manusia. Pendidikan salah satu jalurnya.

Untuk itu, dibutuhkan pendidikan yang memerdekakan. Tidak mengungkung dan membelenggu.

Kemerdekaan membutuhkan pendidikan yang memanusiakan manusia. Mendorong dan menfasilitasi manusia berkembang menuju keadaan terbaiknya sesuai bakat dan minatnya. Ini sejalan dengan Kurikulum Merdeka yang sekarang dijalankan Pemerintah.

Merdeka jiwa berarti membebaskan manusia dari belenggu hawa nafsu yang membuatnya lupa diri sehingga bersifat seperti binatang yang buas, egois, suka berkelahi dan menumpahkan darah sesamanya. Hawa nafsu yang membuatnya menuhankan harta, tahta dan cinta sehingga menghalalkan segala cara untuk meraihnya.

Mereka yang merdeka jiwanya akan mencari harta, tahta dan cinta dengan cara yang benar. Mencari harta yang halal sehingga jauh dari korupsi. Meraih tahta kekuasaan dengan fair dan jauh dari fitnah lawan politik. Meraih cinta yang suci dan jauh dari cinta palsu dan pencitraan.

Peringatan kemerdekaan pada tahun ini bersamaan dengan Tahun Baru Hijriyah. Untuk meraih merdeka jiwa dibutuhkan perjuangan hijrah atau berpindah menuju kondisi yang lebih baik.

Hijrah juga bermakna berpindah untuk mendekatkan diri kepada Allah sehingga jiwa kembali suci karena dihiasi dengan kebaikan, kebenaran dan keindahan. Juga jauh dari segala kemaksiatan, kejahatan, kebencian dan penindasan.

Selamat merayakan hari kemerdekaan Indonesia yang ke-77.

Selamat Tahun Baru Hijriyah 1444. Semoga semangat kemerdekaan dan hijrah membuat diri kita lebih baik menuju Indonesia yang lebih baik. (Syamril ST, M.Pd.)