Oleh: Dr (HC). H.A.M Nurdin Halid
Kita bersyukur bahwa Tahun 2022 dapat kita lewati dengan baik di tengah berbagai krisis global yang berdampak pada kehidupan masyarakat dan Bangsa Indonesia, seperti krisis kesehatan akibat pandemi Covid-19, krisis energi, krisis pangan, krisis lingkungan alam akibat bencana alam di mana-mana yang dipicu perubahan iklim ekstrim akibat pemanasan global.
Meski dilanda krisis multi-dimensi, banyak pencapaian yang berhasil diraih, meski banyak pula yang belum tercapai. Salah satu pencapaian yang paling penting ialah bahwa wabah atau pandemi Covid-19 akhirnya bisa ditekan dan dikendalikan dengan baik berkat kesigapan pemerintah dan kerjasama nasional lintas sektor dalam semangat kebersamaan dan gotong-royong.
Kita juga bersyukur karena kehidupan sosial ekonomi dan politik nasional berjalan stabil dan dinamis berkat berbagai kebijakan sosial-ekonomi Pemerintah dalam mengatasi gejolak ekonomi akibat pandemi Covid-19, terutama beberapa program bantuan untuk masyarakat ekonomi lemah.
Indikatornya, pertumbuhan ekonomi tahun 2022 relatif stabil di angka 5,2% – 5,7%. Inflasi masih sangat terkendali di angka 5% di tengah ancaman resesi ekonomi dunia akibat inflasi sangat tinggi di sejumlah negara.
Dengan stabilitas ekonomi itu, maka berbagai agenda pembangunan nasional di berbagai bidang tetap bisa berjalan dinamis, termasuk ratusan proyek strategis nasional, tetap berjalan meski harus ada penyesuaian di sana-sini.
Stabilitas kehidupan sosial ekonomi menjadi modal sekaligus pondasi yang kokoh bagi terciptanya kehidupan sosial politik. Meski diwarnai polemik tajam tentang beberapa isu sentral seperti soal perpanjangan masa jabatan presiden dan amandemen UUD1945, secara umum kehidupan sosial politik nasional berjalan baik dan dinamis. Apalagi Pemerintah dan DPR bersama KPU sudah menyepakati beberapa agenda penting terkait Pileg, Pilpres, dan Pilkada serentak tahun 2024.
Di balik rasa syukur itu, kita tentu saja prihatin dengan beragam masalah seperti kenaikan harga-harga komoditas dan barang kebutuhan pokok akibat terganggunya rantai pasok. Berbagai krisis energi, krisis pangan, krisis keuangan (infaliasi), dan krisis lingkungan akibat bencana alam telah memukul sebagian besar masyarakat Indonesia, terutama masyarakat ekonomi kurang mampu yang tergolong miskin dan rentan miskin.
Masalah lain yang mengkuatirkan ialah terjadinya bencana alam di berbagai daerah di Indonesia, baik karena gempa bumi dan letusan gunung api maupun bencana alam akibat perubahan iklim ekstrim sebagai dampak dari pemanasan global seperti banjir bandang, angin putting beliung, tanah longsor, banjir rob yang memakan banyak korban jiwa dan harta benda.
Kita juga prihatin dengan berlarut-larutnya perang Rusia – Ukraina yang menjadi pemicu utama kenaikan harga energi dan pangan global yang berujung pada inflasi yang tinggi di berbagai negara. Puluhan negara saat ini sudah masuk menjadi ‘pasien’ Bank Dunia dan IMF akibat inflasi yang tak terkendali.
Di tengah situasi dan kondisi global yang memprihatinkan itu, kita sebagai bangsa bersyukur dan bangga karena telah berhasil menggelar KTT G20 15-16 November sebagai puncak kepemimpinan atau presidensi G20 Indonesia tahun 2022.
Kepemimpinan Indonesia yang kuat dan kredibel berhasil mengumpulkan 17 dari 20 kepala negara anggota G20, termasuk Menteri Luar Negeri Rusia yang mewakili Presiden Putin. Lebih dari itu, disepakati dan disahkan sejumlah kesepakatan dan dan komitmen bersama yang tertuang dalam Deklarasi G20 Bali.
Sebuah dokumen bersejarah terkait ketegangan geopolitik global (termasuk mengutuk perang di Ukraina dan menolak senjata nuklir), soal krisis pangan, perubahan iklim, kesehatan global, dan transformasi digital. Hasil konkrit KTT G20 2022 Bali ialah terbentuknya ‘Pandemic Fund’ yaitu dana untuk penanganan pandemi dengan dana yang terkumpul sebesar USD 1,5 miliar; Kedua, Indonesia mendapat dana untuk transisi energi sebesar sebesar USD 20 miliar; dan kesepakatan untuk melindungi 30% daratan dan lautan pada 2030.
Kita juga bersyukur karena di tengah kelesuan ekonomi dan ketidakpastian global itu, pada pengujung tahun 2022 ini, masyarakat dunia memperoleh kegembiraan melalui pesta sepakbola paling akbar sejagat, yaitu Piala Dunia FIFA 2022 Qatar.
Menonton Piala Dunia selama sebulan sedikitnya mengobati kesusahan warga dunia akibat krisis multi-dimensi. Saya hadir langsung di Qatar pada laga semifinal dan final dan begitu merasakan atmosfir kegembiraan luar biasa yang menyelimuti ratusan ribu pencinta sepakbola dari berbagai negara yang luar biasa, bukan hanya di stadion dan seputar stadion tetapi juga di jalan-jalan dan pusat-pusat kegiatan publik di seluruh negeri Qatar.
‘Gelap’ Tapi Harus Selalu Optimis
Sebentar lagi kita akan memasuki tahun tahun baru, tahun 2023. Seperti biasanya, beragam proyeksi, prediksi, hingga ramalan mengiringi langkah kita menuju tahun yang baru. Perhatian kita umumnya tertuju kepada dua bidang yaitu bidang ekonomi dan bidang politik.
Saya melihat dua bidang ini sangat krusial yang sangat mempengaruhi dinamika bidang-bidang lain – sosial, budaya, hukum, lingkungan hidup, dan keamanan – yang bermuara pada perikehidupan masyarakat bangsa di tahun-tahun mendatang.
Pertama, bagaimana kondisi perekonomian nasional tahun 2023 di tengah krisis global yang tak kunjung pulih. Bahkan, Presiden Jokowi beberapa kali mengutip berbagai hasil kajian lembaga-lembaga riset maupun badan internasional seperti Bank Dunia, yang mengingatkan betapa kondisi perekonomian dunia tahun 2023 diliputi ‘awan gelap’ yang penuh ketidakpastian.
Akumulasi berbagai krisis tahun 2022 – seperti krisis pangan, krisis energi, krisis keuangan, krisis kesehatan (pandemi), krisis lingkungan alam akibat pemanasan global dan perubahan iklim – akan berlanjut dan berpotensi mendatangkan dampak lebih luas dan dalam sehingga berbagai lembaga keuangan internasional seperti Bank Dunia, IMF memprediksi ekonomi dunia akan masuk jurang resesi pada tahun 2023, terutama karena resesi keuangan di sejumlah negara .
Dalam era globalisasi dan Revolusi Industri 4.0 saat ini, kita (Indonesia) sebagai bagian dari warga dunia, tak bisa terhindar dari berbagai krisis multi-dimensi itu.
Beruntung, Indonesia diproyeksikan relatif aman dari ancaman resesi karena pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2022 tetap tumbuh solid. Pada kuartal III tahun 2022, ekonomi Indonesia tumbuh solid mencapai 5,72% (year on year/yoy) dengan tingkat inflasi yang terjaga pada level 5,71% (year on year/yoy). Di bidang sosial ekonomi, Pemerintah sudah memperlihatkan proyeksi yang cukup membesarkan hati.
Indonesia pun menatap tahun 2023 dengan optimisme. Dasarnya, menurut Menkeu Sri Mulyani, pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam 3 kuartal sepanjang 2022 tumbuh di atas 5%. Karena itulah, Pemerintah memroyeksikan pertumbuhan ekonomi: 5,3% dan terus meningkat menjadi 5,5% pada tahun 2024. Walaupun IMF memproyeksikan lebih rendah, yakni 5% pada tahun 2023.
Karena itu, Pemerintah menekankan belanja negara dalam APBN 2023 sebesar sebesar Rp 3.061,2 triliun dirancang untuk tetap menjaga optimisme dan sekaligus menjaga pemulihan ekonomi, namun pada saat yang sama meningkatkan kewaspadaan di dalam merespons gejolak global yang akan terus berlangsung pada tahun depan seperti ketidakpastian harga-harga komoditas, kecendrungan pelemahan ekonomi global dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia.
Di tengah kehidupan yang terhimpit berbagai krisis itu, kita di dalam negeri, akan melalui tahun 2023 dengan ujian tidak ringan dalam kehidupan sosial politik. Tahun 2023 akan menjadi tahun politik yang akan sangat dinamis menjelang pesta demokrasi ‘terakbar’ 2024: yaitu Pilpres dan Pileg serentak pada 14 Februari 2024 dan Pilkada serentak pada Oktober 2024.
Harapan kita terhadap pesta demokrasi 2024 sangat tinggi demi keberlanjutan pembangunan nasional yang sudah berjalan baik dalam 10 tahun terakhir. Karena itu, bukan hanya berjalan lancar dan aman tetapi lebih dari itu kualitas demokrasinya lebih substansial sehingga akan menghasilkan barisan pemimpin berkualitas di semua tingkatan, baik di legislatif maupun eksekutif; mulai dari Presiden, Gubernur, Bupati, Walikota hingga DPR RI, DPD, DPRD I, dan DPRD II. Salah satu faktor penting agar pemilu 2024 lebih berkualitas ialah bagaimana semua stakeholders bekerja keras dan bekerja sama menekan serendah-rendahnya politik uang dan politik identitas berbasis SARA (suku, agama, dan ras).
Selain bidang ekonomi dan politik, saya juga melihat bidang transformasi energi – dari energi fosil ke energi bersih – sebagai salah satu pilar penting dalam komitmen kita merawat sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Masalah lingkungan hidup menjadi isu penting di tahun-tahun mendatang karena dampak buruk perubahan cuaca ekstrim akibat pemanasan global sudah nyata-nyata menyengsarakan rakyat. Di berbagai daerah selalu kita baca dan kita menyaksikan berbagai bencana alam akibat kerusakan lingkungan seperti banjir bandang dan tanah longsor atau tanah retak yang memakan banyak korban jiwa, kerusakan rumah, fasilitas umum.
Sebagai Bangsa besar, kita harus selalu menjaga rasa optimisme yang besar. Karena optimisme itu adalah energi positif yang membentengi kita sebagai individu maupun sebagai warga masyarakat bangsa dan negara. Optimisme yang besar harus diikuti dengan pemikiran-pemikiran besar untuk melahirkan karya-karya besar.
Indonesia negara besar, bukan hanya jumlah penduduk yang saat ini berjumlah 270 juta jiwa dan kekayaan alamnya yang membentang di 17 ribu pulau dan lautan yang luas, tetapi juga besaran ekonominya. Dalam laporan IMF tentang World Economic Outlook edisi Oktober 2022, Indonesia menduduki posisi ke-7 (di atas Inggris dan Prancis) dalam daftar 10 negara dengan ekonomi terbesar di dunia. Daftar ekonomi terbesar dunia itu mengacu pada Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia sebesar USD 4,02 triliun tahun 2022.
Karena itu, kita mendukung arahan Presiden soal fokus pemakaian APBN 2023 kepada 6 hal. Pertama, penguatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Kedua, akselerasi reformasi sistem perlindungan sosial. Ketiga, melanjutkan pembangunan infrastruktur prioritas, khususnya infrastruktur pendukung transformasi ekonomi.
Keempat, pembangunan infrastruktur untuk menumbuhkan sentra-sentra ekonomi baru, termasuk Ibu Kota Nusantara. Kelima, revitalisasi industri untuk mendorong hilirisasi sumberdaya alam yang mendatangkan nilai tambah. Keenam, pemantapan reformasi birokrasi dan penyederhanaan regulasi.
Di atas semua itu, jajaran pemerintah pusat, propinsi, kabupaten/kota, hingga desa harus mampu mengawal ketat terhadap penggunaan uang rakyat sehingga memberikan manfaat yang optimal bagi masyarakat dan negara. Selain membangun sistem yang transparan dan akuntabel, jajaran pemerintah harus menjalankan program secara sinergis, tidak sektoral. Lembaga legislatif mulai dari DPR RI, DPRD, hingga aparat desa harus berperan maksimal dalam menjalankan fungsi di bidang regulasi, pengawasan, dan anggaran. Selanjutnya, lembaga penegak hukum benar-benar menegakkan hukum secara tegas dan adil, terutama dalam mengawasi penyimpangan keuangan negara.
Harapan untuk Sulsel
Berbagai krisis global dan nasional tentu saja berimbas langsung dan tidak langsung ke daerah-daerah dan pelosok Tanah Air. Sebagai putra Sulsel, saya tentu menaruh harapan besar bahwa masyarakat Sulawesi Selatan mampu mengatasi berbagai tantangan yang semakin tidak mudah dan terus bergerak dinamis sehingga mengalami kemajuan di berbagai bidang sepanjang tahun 2023.
Saya percaya, jajaran pemerintah propinsi maupun kabupaten/kota di Sulawesi Selatan mampu mengoptimalkan segenap sumberdaya yang dimiliki masyarakat dan alam Sulawesi Selatan demi kemajuan pembangunan yang lebih adil dan merata bagi seluruh masyarakat Sulsel. Hanya dengan kemajuan pembangunan yang adil dan merata, maka akan tercipta stabilitas sosial ekonomi dan politik di Sulsel di tengah ketidakpastian global yang bakal berlanjut tahun 2023.
Saya juga percaya, masyarakat Sulsel akan surfive di tengah berbagai krisis global dan nasional di tahun 2023 mendatang. Sulsel memiliki sumber daya yang besar untuk terus bergerak maju, baik sumber daya alam dan sumber daya manusia maupun sumber daya sosial budaya. Masyarakat Sulsel memiliki modal sosial budaya luhur yang kuat untuk surfive di bidang ekonomi maupun di bidang sosial politik karena masyarakat Sulsel memiliki rasa solidaritas dan toleransi tinggi untuk menjaga keharmonisan dalam kehidupan sosial politik masyarakat yang pluralistik.
(Penulis adalah Wakil Ketua Umum Partai Golkar dan Ketua Umum Dewan Koperasi Indonesia)
Tinggalkan Balasan