BONEPOS.COM, JAKARTA – Industri perfilman Indonesia bangkit usai pandemi. Film KKN Desa Penari berhasil dinobatkan sebagai film terlaris nomor satu di Indonesia dengan meraih penonton sebanyak 10 juta penonton.

Sutradara Rizal Mantovani yang dicap sebagai sutradara langganan film horor mengaku ikut senang. Pasalnya, film horor yang disajikan pun tak melulu menjual cerita seram yang menakut-nakuti penonton, melainkan ada bentuk lain yang disajikan, seperti salah satu contohnya adalah film Qodrat.

“Qodrat keren banget, saya suka banget, maksudnya horornya udah macem-macam, horor action, horor ini, itu, bagus juga. Jadi saya seneng sih bahwa sekarang horor berbentuknya tuh udah mencari bentuk-bentuk yang lain,” ungkap Rizal Mantovani saat dijumpai di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (12/1/2023).

Sutradara film fenomenal, Jelangkung dan Kuntilanak itu pun melihat ada perubahan pola pikir rekan sesama sutradara yang mengedepankan membuat karya dengan sesuatu yang berbeda, bukan hanya berangkat dari keinginan membuat film horor saja.

“Temen-temen saling bikin ‘bikin apa yang beda ya’, itu yang keluar duluan tuh, bukan ‘horor yuk’. Saya seneng banget sih perubahan itu,” ujarnya.

Namun di sisi lain, dirinya mengaku prihatin melihat film genre lain yang cenderung kurang diminati oleh masyarakat.

“Sedih ya, maksudnya kan saya merasa bahwa saya kan juga penggemar drama. karena saya, saya akan baca sebuah cerita, saya suka, saya bikin apakah itu horor atau drama,” jelasnya.

Meski begitu, dirinya tetap optimis untuk menggarap film dengan genre yang disebut-sebut kurang diminati, seperti drama. Menurutnya, semua genre mengalami pasang surut, berbeda dengan horor yang memang konstan, bukan berarti horor yang terus berada di puncak popularitas.

“Tapi saya berpikir kadang-kadang genre itu berputar-putar kok. Sebenernya horor itu dari dulu di seluruh dunia ada terus, mungkin drama atau action atau komedi itu yang naik, kalo horor sih konstan, jadi bukan horor itu sekarang lagi in,” jelasnya

Senada dengan apa yang diungkap oleh Rizal Mantovani, sutradara Garin Nugroho pun melihat fenomena yang serupa. Lebih jauh, Garin bahkan menyebut bahwa horor menjadi genre populer di perfilman Asia. Garin melihat ada perubahan signifikan dimana saat genre horor ini termasuk dalam deretan film kelas atas.

“Sebenarnya horor adalah genre yang paling populer di Asia kan ya. Kalau lihat di festival film, sekarang horor masuk ke dalam Elite lah, karena kan dulu nomor dua terus,” ungkap Garin Nugroho saat dijumpai di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.

Garin juga mengamini bahwa genre horor tak bisa berdiam diri dalam kenyamanan dengan menghadirkan unsur horor yang itu-itu saja. Perfilman harus terus memberikan cerita yang berbeda bisa membuat genre horror ini tak menjual cerita seram saja. Lewat film horor perdananya, Puisi Cinta yang Membunuh, Garin mencoba untuk memberikan perspektif baru tentang film horor.

“Tapi, perkembangan unsur genre juga harus dikembangkan, jangan sama terus. Maka film ini memberikan perspektif unsur genre horor, memberikan tontonan yang berbeda tentang trauma,” pungkasnya.