BONEPOS.COM, BONE – Kepolisian Polres Bone telah menetapkan satu orang tersangka dalam kasus Rudapksa di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan yang melibatkan anak di bawah umur. Namun kasus ini menimbulkan banyak pertanyaan.

Diketahui, korban rudapksa siswi kelas tiga Madrasah Tsanawiyah  tersebut meninggal dunia dengan alat vital yang mengalami kerusakan dan tersangkanya merupakan teman korban.

Keterangan Kepala Sekolah korban dan tersangka

Bonepos.com mencoba menyambangi kepala sekolah korban rudapksa tersebut, Sudirman. Dirinya membenarkan bahwa korban meninggal dunia dengan alat vital yang rusak.

“Awalnya saja sakit kepalanya. Jadi kita tahu tidak ke sekolah karena sakit. Waktu guru-guru menjenguknya, keluarganya bercerita mereka curiga karena lain-lain caranya duduk dan sering meringis kesakitan,” ungkap Kepsek di kediamannya, Kamis (2/3/2023).

Kepsek menyampaikan bahwa korban memang sering mengalami sakit kepala, bahkan Kepsek menyebut, keluarga korban sempat melepas ayam (tradisi masayarakat setempat) karena mengira korban diguna-gunai.

Kepsek melanjutkan, saat dirawat di puskesmas, sempat diperiksa sama keluarganya yang merupaka seorang bidan dan ternyata alat vitalnya rusak.

“Tapi, terkait diperkosa atau tidak, belum bisa diyakini karena yang memeriksa adalah bidan, bukan ahlinya. Tapi kemungkinan besar diperkosa. Waktu dijenguk dia hanya menyebutkan nama tersangka sambil meringis kesakitan tapi tak menyebut tersangka pelakunya, tapi hanya menyebut nama tersangka saja,” terang Kepsek.

“Tidak ada bilang E anuka tapi Dia menyebut nama saja,” sambungnya.

Kepsek mengisahkan, korban berkepribadian tomboy dan terkadang teman laki-lakinya canggung mendekatinya.

Kepsek mengisahkan tentang tersangka.

“Itu E (tersangka) di sekolah pergaulannya bagus sama temannya, tidak ada kelakuan buruknya. Coba ada lain-lain (kelakuannya) kukasi keluar mi (dari sekolah,” katanya.

“Bahkan E sempat menjenguk korban sebelum dibawa ke rumah sakit di Bone,” lanjutnya.

– Tersangka didatangi Babinsa di sekolah

Kepsek tempat korban dan tersangka bersekolah membenarkan bahwa seorang Babinsa mendatangi tersangka di sekolah.

“Informasi dari korban itu disebut namanya (tersangka). Makanya ditindaklanjuti dari pihak Babinsa. Babinsa datang saat jam pelajaran. Jadi hanya ditanya-tanya saja mulai jam 10-11:30 Wita. Saya duduk di sampingnya itu Babinsa dan beberapa guru lain. Babinsa masuk karena mungkin dekat rumahi ini korban,” ungkap Kepsek.

Terkait hubungan asmara murid-muridnya, terkhusus korban dan tersangka, Kepsek mengaku tak tahu-menahu.

– Beberapa saksi dianiaya sejumlah pemuda

Dari informasi yang dihimpun Bonepos.com, dua saksi yang dimintai keterangan terkait kasus ini diduga dianiaya sejumlah pemuda.

Kepsek menyebut bahwa korban penganiayaan tersebut adalah teman kelas tersangka.

“A (korban penganiayaan) itu setelah pergi bersaksi ada yang pukul. A dan tersangka teman kelaski. Kita tidak tahu siapa pukul. Makanya saya suruh saja mamanya (ibunya) lapor saja. A tahu kayaknya siapa itu pukulki,” ujarnya.

Kata Kepsek, korban penganiayaan lain berinisil IS tidak melaporkan hal ini ke kepolisian, hanya A yang melapor.

“Siapa tahu ada kaitannya semua ini kasus, kenapa ada pukul A na pergi saja naik bersaksi terkait. Ini dipukul di luar sekolah. dipanggil saja baru langsung dipukul,” sebut Kepsek.

– Tempat Kejadian Perkara raib

Dalam pantauan Bonepos.com, lokasi yang sebelumnya telah dipasangi Police Line oleh polisi telah dirubuhkan oleh pemiliknya. Rumah tersebut terbuat dari kayu papan.

Terlihat di lokasi tersebut telah rata dengan tanah dan terlihat bahan material bangunan bertumpuk di lokasi tersebut.

“Pasca kejadian itu, dia (pemilik) jual murah 3 juta rupiah,” kata warga setempat yang meminta identitasnya dirahasiakan, Kamis (2/3/2023).

“Sebelum dibongkar, pemilik rumah menyewakan rumah tersebut untuk dipakai hal-hal negatif. Biasa ada anak sekola datang bawa pacarnya ke situ. Berapa-berapa dibayar,” sambung dia.

– Mungkinkah ada lokasi lain dan pelaku lain terkait kejadian ini?

Dari keterangan yang dihimpun beberapa warga di Kecamatan Cenrana, bahkan di luar kecamatan tersebut, opini yang beredar saat ini bahwa pelaku lebih dari satu dan lokasi rudapaksa itu di sebuah gudang kosong tempat pengolahan rumput laut.

“Iye, yang kami dengar beberapa hari ini, pelakunya ada tujuh dan dilakukan di gudang Sango-sango. Saat itu korban bersama pacaranya dan tiba-tiba datang beberapa orang mabuk dan memperkosa korban,” kata U warga Cenrana.

Bonepos mencoba mendatangi lokasi yang dimaksud letaknya sekitar 200 meter dari sekolah korban dan pelaku. Area tersebut memang sunyi, hanya ada perkebunan di sekitar lokasi.

Di dalam gedung terlihat kaleng lem fox dan palastik berisi sisa-sisa lem fox bertebaran dimana-mana hingga ke lantai dua. Terlihat juga coretan-coretan porno terpampang di dinding gedung tersebut, juga bekas ban motor yang banyak.

Semua keterangan-keterangan yang diperoleh Bonepos hingga saat ini masih menimbulkan banyak pertanyaan.

Apakah yang ditahan polisi itu betul tersangka?. Apakah ada tersangka lain?. Apakah ada tersangka orang dewasa?

Semoga hal ini bisa diungkap pihak aparat yang berwenang. (Abdul Muhaimin)