Tambang bisa ramah lingkungan. Warga setempat diberdayakan. PT. Vale Indonesia Tbk, memberi bukti. Bukan janji.

WAKTU menunjukkan pukul 15.27 Wita, saat penulis bersama rombongan yang tergabung dalam kegiatan kunjungan media tiba di Nursery Vale, Sorowako, Kabupaten Luwu Timur (Lutim), Provinsi Sulawesi Selatan, Kamis (27/7/2023).

Matahari masih terik, tetapi tak bikin kepanasan. Ada angin yang bertiup sepoi-sepoi terasa menyejukkan dari pepohonan rindang di lokasi yang memiliki luas 2,5 hektare tersebut.

Area Nursery Vale sebelumnya merupakan kawasan pertambangan pada 1969. Kondisinya berubah total 100 persen. Sekarang, sudah menjadi kawasan hijau dan asri.

Mata melirik ke kiri lalu ke kanan. Kemudian melihat ke bawah dan ke belakang. Tak ada lagi tanda-tanda menunjukkan bila sebelumnya di area tersebut pernah gundul akibat tanahnya yang mengandung nikel dikeruk. Kini sebaliknya, menjadi lokasi pembibitan.

Setapak demi setapak penulis lalui, suasananya adem. Hati damai. Otak jadi tenang. Cocok bagi yang banyak pikiran datang ke sini untuk melepas penat. Menghirup udara segar. Biar aliran darah jadi lancar.

Di atas lahan seluas 2,5 hektare ini, juga dibuat beberapa area persemaian bibit. Penulis menaksir ruangan tersebut berukuran kurang lebih 7×8 meter persegi, dirancang khusus demi menjaga agar tanaman tidak langsung terkena sinar matahari.

Penulis menjumpai karyawan Nursery Vale tampak sibuk menata tanaman satu per satu yang ukurannya bermacam-macam. Perlakuan penuh cinta dan kasih dari karyawan ini akan membantu tumbuh kembangnya tanaman yang dirawat seperti yang diharapkan.

Dalam setahun, kapasitas produksi Nursery Vale sebanyak 700 ribu bibit tanaman. Tanaman yang dihasilkan tersebut dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Mulai dari persiapan untuk ditanami di area reklamasi hingga dibagi-bagikan kepada pemerintah, swasta, serta pihak lainnya yang ingin melakukan upaya penghijauan.

Hingga Agustus 2023, PT. Vale Indonesia telah menanam kurang lebih 4 juta tanaman, termasuk endemik. Lokasinya tersebar di sejumlah titik.

“Bibit yang dibagikan Nursery Vale ini gratis. Tidak dijual. Bukti nyata komitmen PT. Vale Indonesia peduli dalam menjaga lingkungan agar tetap hijau,” kata Supervisor Reklamasi PT. Vale Indonesia, Erlin Harri.

Sambil berjalan di Nursery Vale, Erlin mengungkapkan daerah ini salah satu bagian dari Taman Kehati Sawerigading Wallacea atau Taman Keanekaragaman Hayati yang dikelola Vale Indonesia.

Taman Kehati memiliki luas 75 hektare, namun baru 15 hektare yang dimanfaatkan. Dahulunya area Taman Kehati juga merupakan area tambang yang sudah direklamasi.

Di Taman Kehati ada Nursery. Juga Arboretum seluas 5 hektare dengan jenis tanaman yang sudah terkoleksi 74 jenis tanaman lokal. Mulai tanaman endemik, langka, hingga yang memiliki nilai ekonomis tinggi.

Berdasarkan data papan informasi yang tertera, pohon yang tumbuh di areal konsesi PT. Vale Indonesia tersebut, seperti jenis Gaharu, Eboni, Kayu Angin, Betao, Kayu Mata Kucing, Kayu Hitam, Bitti, Kumea, Matoa, Meranti, Tapi-tapi, Tembesu, dan aneka jenis pohon lainnya.

Erlin menjelaskan, sebelum dilakukan pembukaan lahan untuk ditambang,Vale Indonesia menerjunkan tim ke lokasi melaksanakan penyisiran terhadap tanaman yang mendiami area untuk diambil bibitnya lalu disemai.

Setelah bibitnya terkumpul, kata Erlin, barulah lahan tersebut dilakukan penambangan. Seluruh bibit tersebut diinventarisir oleh pengelola Nursery Vale yang berjumlah 27 orang. Seluruhnya merupakan warga asli Kabupaten Lutim.

“Setelah area sudah tidak lagi ditambang, maka direklamasi kemudian dilakukan penghijauan. Nah, bibit pohon ditanami nantinya adalah hasil yang dikumpulkan sebelum dilakukan penambangan itu. Jadi kita ambil dan kembalikan bibit pohon itu ke daerah asalnya,” paparnya.

Jalan-jalan di kawasan Taman Kehati, jangan takut bosan. Pasalnya, di kawasan ini memiliki lokasi Mining Park, tempat pameran alat berat yang sudah tidak dipakai lagi PT Vale Indonesia. Bisa sambil liburan, menambah pengetahuan dan pengalaman.

Di kawasan Taman Kehati juga memiliki area penangkaran rusa seluas 2 hektare yang di dalamnya hidup 18 ekor rusa titipan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA).

Tidak jauh dari penangkaran rusa, hanya melangkahkan kaki sekitar 37 langkah, pengelola Taman Kehati juga menyiapkan area penangkaran kupu-kupu.

Upaya pelestarian lingkungan Taman Kehati, kata Erlin, tidak lepas untuk menghadirkan kebun raya nantinya di daerah yang berada di ketinggian kurang lebih 1.388 kaki dpl.

“Kelak ini (Taman Kehati Sawerigading Wallacea, red) menjadi warisan PT. Vale Indonesia untuk masyarakat. Melihat lebih dekat bahwa beginilah konsep penutupan tambang nantinya. Kembali hijau,” ucapnya sembari tersenyum.

Totalitas Tanpa Batas

Semangat berkelanjutan Vale Indonesia, bukan semata lewat kata. Ada aksi nyata. Seperti program reklamasi yang menelan anggaran “wah”. Tidak tanggung-tanggung, Vale Indonesia menggelontorkan anggaran Rp250 juta hingga Rp350 juta untuk mereklamasi 1 hektare lahan. Wujud totalitas tanpa batas.

Lahan yang sudah direklamasi Vale Indonesia hingga akhir Juli 2023, mencapai 3.580 hektare. Masih ada sekitar 1.946 hektare lahan terbuka dan masuk dalam rencana reklamasi selanjutnya.

Proses reklamasi Vale Indonesia, ramah lingkungan. Karena, memanfaatkan limbah ban bekas untuk selanjutnya dipakai pengganti batu dalam pembuatan drainase di lokasi reklamasi.

Kesuburan tanah reklamasi juga tidak lepas dari perlakuan khusus Vale Indonesia. Salah satunya dengan memberikan pupuk kompos seberat 15 ton untuk 1 hektare lahan.

Bukan hanya tanaman yang dikembalikan ke daerah asal dalam proses reklamasi. Melainkan batu yang sudah ditambang juga dikembalikan ke tempat semula.

Manager Mining Operation Sorowako, Abdul Rauf ditemui di Solia Hill, salah satu titik wilayah reklamasi Vale Indonesia mengungkapkan, bongkahan batu hasil proses penyaringan bijih dan tidak dipakai dalam proses pengolahan nikel selanjutnya dimanfaatkan untuk material jalanan.

“Batu tersebut sudah tidak ada kadar nikelnya. Kalaupun ada cuma 0,3 persen. Tidak ekonomis,” sebut Rauf.

Rauf yang merupakan putra asli Luwu Timur mencontohkan, bila dalam 100 ton batu yang ditambang Vale Indonesia, maka ada sekitar 40 persen batu yang tidak diproses lebih lanjut. Sementara 60 persen lainnya berupa nikel.

Saat ini, ada 8 hill atau bukit yang aktif dilakukan penambangan Vale Indonesia di Sorowako. Dimana 1 hill bisa ditambang selama 2 sampai 3 tahun.

Jurus keberlanjutan Vale Indonesia lainnya dengan menjaga air limpasan penambangan. Caranya, dengan menghadirkan kawasan Lamella Graviti Settler (LGS). Area terintegrasi kurang lebih 122 kolam pengendapan. Fungsinya, mengolah air limpasan tambang agar aman dan tidak berbahaya bagi lingkungan.

Kawasan Lamella Graviti Settler (LGS) PT. Vale Indonesia berfungsi mengolah air limpasan tambang agar aman dan tidak berbahaya bagi lingkungan. (Ashri/Bonepos.com)

Makanya, air Danau Matano tetap bersih dan jernih sampai sekarang. Wujud komitmen besar 55 Tahun PT. Vale Indonesia yang sudah beroperasi di Lutim hingga kini tak pernah pudar untuk pelestarian lingkungan.

Penanggung Jawab LGS, Dian Ekawati menuturkan, LGS beroperasi sesuai Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 09 Tahun 2006 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pertambangan Bijih Nikel.

Kata Dian, dalam pembangunan satu area LGS, Vale Indonesia menggelontorkan anggaran sekitar Rp40 miliar.

“Untuk biaya maintenance selama se-tahun sekitar 60 ribu US Dollar (bila dirupiahkan Rp840 juta dengan kurs 1 US Dollar senilai Rp14 ribu, red),” sebutnya.

Teknologi ramah lingkungan lainnya yang digunakan PT. Vale Indonesia adalah dump truk listrik. Pengoperasiannya pun menarik, lantaran dikemudikan oleh operator cantik. Namanya, Yul Marthin Bela.

Perlahan namun pasti, Vale Indonesia bersiap beralih menggunakan kendaraan listrik. Hal itu sejalan dengan komitmen untuk melakukan penambangan dengan tetap ramah lingkungan.

Operator dump truk, Yul Marthin Bela menaiki kendaraan listrik PT. Vale Indonesia. (Ashri/Bonepos.com)

Dump truk listrik ini bisa memuat hingga 70 ton material sekali pengangkutan,” ucap Yul.

Sementara itu, CEO PT Vale Indonesia, Febriany Eddy, mengakui, Danau Matano adalah saksi dan jadi bukti Vale Indonesia beroperasi 55 tahun di wilayah Lutim. Keadaannya tidak berubah, tetap jernih, cantik, dan bisa diminum.

Eksistensi Vale Indonesia hingga 55 tahun di Lutim tidak lepas dari komitmen menghadirkan pertambangan berkelanjutan. Vale Indonesia juga siap membantu pemerintah RI memperkuat hilirisasi. Terbukti dengan tidak melakukan ekspor bijih mentah ke luar negeri.

“PT Vale Indonesia sangat memperhatikan proses awal hingga akhir agar ramah lingkungan dan rendah karbon,” tegas Febriany, pada kegiatan talkshow PT Vale yang menghadirkan Jurnalis, di Sorowako, Minggu (30/7/2023).

Masyarakat memanfaatkan Danau Matano sebagai tempat rekreasi dan sarana olahraga air. (Ashri/Bonepos.com)

Pemberdayaan bagi masyarakat lokal juga menjadi bagian komitmen penting Vale Indonesia. Hingga September 2022, Vale Indonesia mempekerjakan 2.954 tenaga lokal Indonesia, dimana 2.334 diantaranya merupakan karyawan kelahiran Sulsel, Sulteng, dan Sultra. Khusus untuk karyawan kelahiran Luwu Timur sebanyak 1.304 orang.

Bukan semata mempekerjakan putra dan putri lokal daerah di area pertambangan, Vale juga memberdayakan masyarakat setempat di berbagai sektor, baik dalam pengembangan UMKM dan sektor pertanian.

“Kami (Vale Indonesia, red) mendorong terwujudnya kemandirian masyarakat, misalnya dalam sektor pertanian melalui beras organik. Bukan hanya itu, juga membina UMKM,” sebut Febriany.

Warga Kian Sejahtera

PT. Vale Indonesia hadir memberikan kebaikan. Warga merasakan peningkatan kesejahteraan. Hal ini dirasakan langsung warga Desa Libukan Mandiri, Sujarwo.

Sehari-hari, lelaki yang akrab disapa Jarwo berprofesi sebagai petani. Khususnya petani organik. Peralihan dari non organik menjadi organik, tidak lepas dari pembinaan yang dilakukan Vale Indonesia.

“Kehadiran PT. Vale Indonesia (di Luwu Timur, red) sangat baik dan sangat membantu terutama di bidang pembangunan dan lingkungan apa lagi dengan adanya program-program pemberdayaan di setiap kawasan PT Vale,” kata bapak tiga anak ini, kepada penulis.

Mayoritas penduduk Desa Libukan Mandiri, tempat tinggal Jarwo berpofesi sebagai petani, sehingga program pemberdayaan yang diperolehnya bersama warga lainnya adalah program pertanian sehat ramah lingkungan.

Warga Desa Libukan Mandiri, Sujarwo (kiri) menjelaskan benih padi organik yang siap tanam. (Ashri/Bonepos.com)

Lewat program pemberdayaan Vale Indonesia, kata Jarwo mengedukasi warga tentang kondisi tanah, mengolah tanah dengan baik dan benar. Lalu, cara pembuatan pupuk kompos, pupuk organik cair serta pestisida nabati terbuat dari bumbu dapur dan tumbuhan sehingga tidak ketergantungan dengan toko lagi.

“Pertanian organik hemat biaya, pendapatan meningkat dari segi tonase maupun ekonomi, memperbaiki kondisi tanah, hemat air, hemat benih karena dalam 1 hektare hanya memerlukan benih 2,5 sampai 3 Kg benih dan hasil yang didapat otomatis sehat karena tidak mengandung residu kimia,” papar Jarwo.

Konsep pertanian organik, diakui Jarwo mendorong petani lokal tidak menggunakan pupuk kimia dan pestisida sintetis. Petani jadi lebih mandiri dan menggali kearifan lokal.

Program pemberdayaan PT. Vale Indonesia lainnya bagi masyarakat lokal di Luwu Timur, yakni mendorong kemandirian dan semangat pelestarian lingkungan. Warga dibekali kemampuan mengubah limbah sampah plastik menjadi rupiah alias barang bernilai jual.

Langkah positif ini melibatkan warga berusia muda hingga yang sudah lanjut usia (Lansia). Komitmen ini bukan semata pemberdayaan, tetapi mendorong peningkatan kesejahteraan.

Direktur Badan Usaha Milik Desa Bersama (Bumdesma) Anatowa Kecamatan Nuha, Zulfikar Arna menjelaskan, pemberdayaan Vale Indonesia kepada warga dalam bentuk capacity building di setiap unit usaha.

Vale Indonesia kata lelaki berusia 40 tahun tersebut, juga memberikan bantuan proses legalitas hukum badan usaha Bumdesma Anatowa. “Sampai sekarang kontribusi pada pengolahan limbah plastik sampai pada proses pencacahan (Relistik) masih terus berlanjut,” kata pria yang akrab dipanggil Chulu, Senin (28/8/2023).

Keberadaan Vale Indonesia di Luwu Timur, diakui Chulu memberikan banyak manfaat. Termasuk dari sektor pengembangan usaha.

“Alhamdulillah dari semua unit usaha kami yang berjalan itu sudah ada yang bisa mendapatkan hasil yang cukup untuk biaya hidup setiap pengelolanya,” tuturnya.

Perhatian Vale Indonesia terhadap pelaku UMKM di Kecamatan Nuha, sangat tinggi. Termasuk yang sudah menginjak usia 70-an tahun.

“Kebanyakan (produk UMKM binaan Vale Indonesia, red) makanan-makanan ringan seperti snack, keripik pisang, kue-kue, roti dan juga minuman herbal dalam bentuk kemasan dan siap saji langsung minum, juga ada Kerajinan Anyaman Teduhu,” sebutnya.

Saat ini, kata Chulu tengah dilaksanakan pelatihan di Bank Sampah Delima Kelurahan Magani. “Mereka (warga, red) sedang produksi Tote Bag dari bahan-bahan dan plastik daur ulang. Tote Bag ini nantinya dijual sekitar Rp15 ribu sampai Rp30 ribu. Ada juga kursi duduk Eco Brick, dan kerajinan lainnya,” akunya.

Keseriusan PT. Vale Indonesia terhadap menjaga lingkungan, menata berkelanjutan, dan pemberdayaan masyarakat, tidak main-main. Total memberikan dukungan. Tidak setengah hati. (Muhammad Ashri Samad)