Pemilu 2024 tidak lama lagi berlangsung. Proses atau tahapannya satu persatu terlaksana. Seperti, tahapan pemilihan Legislatif dan pemilihan Capres-Cawapres juga terus berlangsung.

Penetapan Caleg, Calon DPD, Capres-Cawapres sudah ketuk palu. Kini sudah memasuki tahap kampanye semenjak 28 November 2023. Keseruan sudah mulai terlihat. Menawarkan visi-misi atau program mulai tumpah ruah.

Merayu pemilik suara adalah sasaran utama. Karena itulah kunci untuk terpilih.

Gong kampanye telah ditabuh, pertanda Capres-Cawapres, Caleg dan Calon anggota Dewan Perwakilan Daerah mulai menawarkan diri. Rakyat, sebagai pemilik suara tentu harus menerima dengan riang gembira. Seperti kata Presiden Jokowi, Jadikanlah demokrasi riang gembira, bukan perang.

Riang di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ( KBBI ) memiliki arti suka hati atau girang sekali.

Gembira memiliki arti suka, bahagia, senang, senang hati, bersuka cita dan riang ria.

Presiden Jokowi tentunya tidak mengharapkan pemilu yang penuh dukacita, atau kebalikan dari harapannya, pesta demokrasi yang riang gembira.

Harapan Jokowi tersambut baik dengan Calon presiden nomor Anies Baswedan. Anies menilai bahwa berpolitik bisa dilakukan dengan gembira, dan tidak melulu harus menimbulkan perselisihan di kalangan elite dan masyarakat.

Dinamika politik melahirkan tensi persaingan di antara para pasangan capres-cawapres. Menjelang pemilihan presiden (Pilpres) 2024 seharusnya tidak membuat para elite berselisih sampai merembet ke masyarakat.

Hal yang sama juga direspon oleh Capres Prabowo: Hadirkan Pilpres 2024 mendatang menjadi Pilpres yang riang gembira.

Harapan Jokowi harus diwujudkan bersama.

Jokowi berharap mereka bertiga saling adu gagasan agar Pemilu 2024 berjalan secara rukun, santai, tenang, dan gembira.

TPN Ganjar juga menyambut baik harapan presiden Jokowi, Siap menjalani pemilu dengan riang gembira.

Bahkan Ganjar menegaskan dalam pidatonya, arah reformasi harus dituntaskan dengan jujur, adil, dan tanpa korupsi, kolusi, serta nepotisme (KKN). Ia menyebut demokrasi yang jujur dan adil, serta jauh dari KKN merupakan amanat konstitusi.Inilah amanat reformasi dan inilah amanat konstitusi yang sekarang kita pegang dan tentu kita mesti menyelamatkan seluruh golongan, seluruh kelompok masyarakat dan bagaimana sejatinya kita menjaga NKRI.

Sebab, Indonesia terlalu besar untuk hanya diurus satu pihak, tegas Prabowo.

“Indonesia kaya sekali, Indonesia beragam, majemuk, banyak suku, banyak agama, banyak ras, banyak adat, budaya daerah. Kita harus benar-benar sadar untuk selalu menjaga kerukunan.”

Kalaulah para petinggi negeri menginginkan pemilu yang damai, maka buat apa para pendukung harus saling serang. Kalaulah pemilu ini bisa kita laksanakan dengan riang gembira, untuk apa rayak, yang juga menjadi penentu (hak suara) harus saling sindir, saling ejek, saling singgung di media sosial dan didunia nyata?

Kalaulah para capres-cawapres bisa komitmen untuk melaksanakan pemilu yang demokratis dan riang gembira, untuk apa kita harus saling mencerai hati dan pikiran hingga silaturrahmi terputus?

Bukankah berbeda itu adalah sebuah Rahmat yang harus terus ditumbuhkan? Komitmen terhadap pemilu demokratis dan riang gembira itu bukan hanya diperuntukkan dalam kontestasi capres-cawapres. Akan tetapi para calon legislatif, calon anggota Dewan Perwakilan Daerah harus juga menciptakan suasana itu. Tentunya peran KPU dan Bawaslu juga menjadi kunci penting dalam menciptakan Pemilu yang demokratis dan riang gembira.

Karena sesungguhnya, apa yang akan kita gelar pada tanggal 14 February 2024 menjadi sebuah pesta demokrasi yang berasaskan langsung umum bebas dan rahasia. Para pemilih terbebas dari intervensi dari pihak manapun, karena dia memilih secara langsung dalam sebuah bilik dengan penuh kerahasiaan.

Pemilu yang dilaksanakan pada 14 February 2024 ini akan menjadi sebuah pesta demokrasi yang penuh kasih sayang. Karena pada hari ini juga, merupakan Hari Kasih Sayang. Bisakah kita wujudkan. Semoga.

Oleh : Bahtiar Parenrengi