Beberapa hari ke depan, seluruh rakyat Indonesia yang sudah masuk usia tujuh belas tahun atau dan sudah menikah dapat menggunakan hak pilihnya dalam pemilu presiden, pemilu legislatif dan pemilu perwakilan daerah.

Karena memilih itu adalah hak, maka tentu saja sebelum menentukan siapa yang akan dicoblos dan dari partai mama akan menjadi pertimbangan. Tidak hanya sekedar memenuhi haknya saja, tapi sedapat mungkin punya alasan mengapa memilih A atau B, partai I atau U dan seterusnya.

Keragaman dalam menggunakan ukuran pada setiap calon atau partai dapat dibagi dalam perspektif.

Pertama, Pemilih Pragmatis atau Pemilih Tradisional.

Ketika satu keluarga sudah menjatuhkan atau menentukan pilihannya atas apa yang sudah digariskan oleh keluarga tersebut, maka sulit merubah pilihannya.

Artinya, sudah menentukan lebih awal partai mana yang akan dia pilih. Terlepas dari sistem apapun yang digunakan. Apakah proporsional terbuka, tertutup atau kombinasi antar keduanya.

Biasanya partai yang sudah dipilihnya itu juga akan beriringan dengan orang dari partai itu. Tidak peduli seperti apa orangnya.

Kedua, Pemilih rasional.

Pemilih ini mampu membandingkan dengan tolok ukurnya sendiri untuk melihat mana yang punya gagasan, ide, narasi yang masuk akal.

Mereka yang termasuk kelompok ini adalah mereka yang memiliki latar belakang pendidikan dan ekonomi yang cukup, sehingga dalam memutuskan siapa yang akan dipilihnya melalui penelusuran dalam kerangka merekam jejak figur yang akan dipilihnya.

Ketiga, Pemilih Transaksional.

Pemilih ini hanya mendasari pada jumlah “fulus” tertinggi yang diperolehnya dalam menentukan pilihannya. Bagi mereka, nominal uang menjadi ukuran serta parameter keterwakilannya, baik di lembaga legislatif maupun eksekutif.

Pendek kata, pemilih transaksional ini merupakan gejala umum yang terjadi pada negara negara yang demokrasinya masih berkualitas rendah.

Seperti kita tahu, bahwa demokrasi itu menjadi kokoh dan terselenggara baik bila ditopang oleh tiga pilar yaitu, pendidikan yang cukup secara intelektual, ekonomi yang mapan serta penegakan hukum yang berkeadilan.

Keempat, Tidak mau Memilih.

Dia apabila terhadap politik. Politik baginya tidak memiliki pengaruh positif terhadap apa yang mereka usahakan.

Biasanya, rakyat yang masuk kategori ini, tidak mau peduli dengan apa yang terjadi disekitarnya ketika itu tidak mendapatkan keuntungan secara langsung.

Keuntungan itu ditunjukkan adanya perubahan terhadap yang sedang ia usahakan atau kerjakan sebagai sumber kehidupannya.

Faktor yang disebutkan ini merupakan gambaran yang terjadi pada setiap episode pesta demokrasi yang terjadi di negeri kita.

Kita belum dapat melahirkan sistem pemilu yang menyadarkan rakyat dan partai politik akan pentingnya kekuasaan dalam perspektif yang luas.

Terutama dalam mendorong tumbuhnya kesejahteraan, kemakmuran rakyat, pemerataan pembangunan di semua wilayah, terciptanya keadilan dan kesamaan di depan hukum serta keamanan untuk melindungi rakyat.

Proses pemilihan umum itu berkorelasi dengan berkembangnya partisipasi rakyat dan dilaksanakan secara juju, berkeadilan, transparan serta bertanggung jawab pada setiap tahapan tanpa adanya intervensi pihak lain yang memiliki kapital memengaruhi proses demokrasi itu.

Di bawah ini akan diterangkan apa kelebihan dan kekurangan masing masing calon. Dalam uraian tidak menilai calon wakil presiden dengan pertimbangan bahwa wakil presiden adalah kedudukan yang bersifat seremonial dan pengganti sewaktu waktu jika presiden berhalangan. Baik sementara ataupun menetap dan terus menerus.

Anis Rasyid Baswedan (ARB)

Dari aspek intelektual, orangnya cerdas, smart dan pintar. Narasinya runut, jelas dan sistematis. ARB, mampu mendeskripsikan setiap hal yang dijelaskan ya secara apik, terstruktur dan sistematis.

Orangnya santun dan memberi perhatian terhadap apa yang sedang dihadapkan. Dia mencatat setiap hal umpan balik ide yang tersaji dalam diskusi yang diikutinya. Juga bahwa ARB punya agenda implementasi atas apa yang dia sampaikan kepada publik untuk kemudian dia laksanakan.

Dia cukup tenang dan penuh kendali pada setiap suasana dan keadaan dan juga amat baik yang dia perlihatkan atas pengendalian diri dan emosi yang termenej secara baik, lugas dan aplikatif.

Sebagai seorang pemimpin ARB bisa mengatur keandalan kemampuan disekelilingnya, sehingga ia percaya dengan kredibilitas dan kompetensi dengan siapa ia bekerja.

Tentu ada juga kekurangan sekaligus menjadi kelemahannya, ARB terlalu percaya diri dengan kemampuannya tersebut, sehingga pada setiap penampilannya penguasaan panggung terpusat kepadanya.

Bahwa pemimpin ideal selalu memberi ruang kepada pihak lainnya untuk mengekspresikan apa yang sedang dan akan dia kerjakan. Atau bagaimana dia membangun gagasan dan idenya untuk diwujudkannya.

Tetapi secara umum, kreatifitas pemimpin yang menyirikan kemampuan dalam berbagai aspek terhadap apa yang seharusnya dia kerjakan ada pada diri dia.

Prabowo Subianto (PS)

Baca selengkapnya di halaman berikut