BONEPOS.COM, BONE – Soal nazab alias jalur keturunan keluarga besar Menteri Pertanian RI, H Andi Amran Sulaiman, yang berasal dari La Patau Matanna Tikka, Raja Bone ke-16 semakin terang benderang.

Andi Veran Pawi yang kebetulan bersama Andi Basri, Andi Panaungi, Andi Ridwan, Andi Yumas, Andi Romi membuka tabir kebenaran itu.

“Sebagai keluarga yang satu garis nazab dari La Patau Matanna Tikka dengan istrinya I Mariama (Cucu Raja Gowa, Sultan Hasanuddin), kami merasa terpanggil untuk meluruskan polemik yang mempertanyakan silsilah Mentan. Andi Amran selalu menyampaikan bahwa kita semua setara dan sama sama cucu Nabi Adam. Yang menjadi pembeda adalah “Ampe” atau perilaku kita pada sesama. Amran mendirikan yayasan untuk menyebar kebaikan, misalnya membangun masjid terbesar di kawasan Timur, bantuan bencana alam, membantu anak Yatim piatu dan lain lain.

Selanjutnya Andi Veran Pawi juga memaparkan, La Patau dari istrinya I Mariama melahirkan salah satu putranya bernama I Panaungi yang kemudian menikah dengan Siti Hawang Arung Timurung. Dari pernikahan itu, kemudian melahirkan salah seorang di antaranya La Page Arung Maloloe.

Arung Maloloe ini mempunyai istri yang bernama We Saloge Arung Peteng. Dari perkawinan ini melahirkan La Maggalatung Arung Galung, La Passappo Arung Kading, La Papariusi Arung Balieng dan I Masing Arung Peteng/Tengnga-Tengnga.

Dari I Masing menikah yang selanjutnya menikah dua kali ini, masing-masing dengan La To Saddeng dan La To Tenri. “Garis nazab keluarga saya, dari La To Saddeng. Sedangkan Pak Mentan dari La To Tenri. Jadi, kami bisa sampaikan, kami masih satu garis nenek, yakni dari I Masing,” kata Andi Veran Pawi.

Dari perkawinan La To Tenri dan I Masing, lahirlah putranya bernama La Mappeware (Arung Tompobulu) yang selanjutnya terus ke La Selo Arung Bengo, hingga ke Ibunda Menteri Pertanian, Andi Nurhadi Petta Bau.

“Saya hanya mau menyampaikan di sini, jangan sampai ada pihak yang mempersoalkan silsilah orang, sementara dia tidak jelas silsilahnya sendiri. Jangan sampai pintar komentari nazab orang, sementara nazabnya sendiri tidak diketahui,” kuncinya.

Sementara itu Andi Bau Zaldi Datu Appo Mappanyukki, cucu langsung dari Raja Bone terakhir yang juga Ketua “WIJA ARUNGPONE” menegaskan bahwa silsilah Andi Amran Sulaiman jelas dan telah di cross check keasliannya baik lontara dari garis Ayah dan Ibunya sangat jelas.

“Perlu saya sampaikan bahwa Andi Amran Sulaiman adalah keluarga saya. Saya juga akan mencari silsilah dari orang yang menanyakan silsilah Pak Andi Amran. Mudah-Mudahan dia punya silsilah seperti Andi Amran,” kunci Andi Bau Zaldi Mappanyukki.

Dalam banyak kesempatan, baik itu nonformal maupun acara resmi, seperti dalam sambutan maupun pidato, acapkali Andi Amran Sulaiman menyampaikan perihal kemanusiaan dan kesetaraan.

Perhatian, keberpihakan dan kedekatan Amran kepada kaum papa dan masyarakat yang tertimpa musibah tidak diragukan lagi, yang terakhir dibuat lebih terorganisir dengan membentuk AAS Foundatian.

Besarnya empati Amran ini tentu bukan tanpa sebab. Sejak kecil dia sudah merasakan penderitaan bagaimana sulitnya ‘hidup’ dalam kemiskinan.

Dalam beberapa tulisan tergambar bagaimana Amran kecil harus berjuang bersama saudara-saudaranya dengan bekerja keras untuk melanjutkan hidup dan agar mereka bisa terus bersekolah.

Dalam kondisi seperti itu, Amran dan saudara-saudaranya tidak pernah memperhatikan soal gelar Andi. Makanya ketika dokumen resmi keluar, seperti akte kelahiran, ijazah, dan lain lain, Amran tidak mempedulikan tidak ditulisnya gelar Andi. Bahkan, namanya juga tidak ada tambahan Sulaiman.

Bagi mereka berjuang untuk hidup lebih penting dan utama untuk diperhatikan. Apalagi, ayah Amran, yakni Andi Sulaiman Petta Linta, memang pernah meminta agar anak-anaknya tidak perlu memakai gelar Andi.

Lantas mengapa sekarang Amran memakai gelar Andi. Ini tentu punya cerita tersendiri, jauh dari keinginan Amran yang low profile, dan sangat dekat dengan orang-orang miskin dan memandang derajat semua orang sama, karena sama-sama berasal dari Nabi Adam.

Bermula ketika masih bekerja di PTPN 14, seorang pegawai di bagian SDM yang mengetahui betul silsilah keluarga Amran dari Datu Bengo / kerajaan Bone, hingga bagian SDM PTPN selalu menambahkan kata Andi di depan nama Amran, baik itu dalam lisan maupun tertulis dalam surat-surat.

Bahkan dalam SK di PTPN di tahun 1997, sudah tertera nama Ir. Andi Amran.
Kejadian lain adalah ketika ada kasus kriminal di tahun 2008, yang melibatkan orang lain yang bernama Amran.

Ketika itu Amran lah yang disangka pelakunya dan dihubungi banyak wartawan bahkan diperiksa penegak hukum. Demikian pula ketika Amran kehilangan paspor, dia harus mengganti dengan nama yang lebih lengkap di paspor baru, Andi Amran Sulaiman dengan syarat harus melalui pengadilan untuk memasang nama lengkap.

Didepan pengadilan harus menunjukan silsilah Asli dan diakui. Namun umum diketahui, Andi Amran Sulaiman merupakan sosok yang sangat low profile serta sangat mengedepankan kesetaraan.

Di berbagai kesempatan, Andi Amran bahkan tidak mempersoalkan gelar-gelar kebangsawanan itu. Dia lebih menekankan “kebangsawanan hati” dengan membangun dan membesarkan Andi Amran Sulaiman (AAS) Foundation yang bergerak dalam bidang kemanusian dan mengangkat harkat martabat anak bangsa Indonesia. Kiprahnya sebagai sosok filantropi tidak diragukan lagi.

“Kita semua ini anak cucu Nabi Adam. Kita semua sama dan sederajat, hanya akhlak yang baik yang membedakan kita. Marilah kita menebarkan kebaikan di muka bumi ini,” demikian yang selalu disampaikan Andi Amran Sulaiman. (*)