BONEPOS.COM, JAKARTA – Ketua Umum PP Pelti Nurdin Halid memberikan apresiasi kepada bintang tenis Indonesia Aldila Sutjiadi atas prestasinya menembus babak semifinal ganda campuran di turnamen bergengsi Grand Slam US Open 2024.
Aldila, pemilik peringkat 45 dunia ganda putri itu pun menyatakan siap menyukseskan program strategis Pelti ‘Road To Olimpiade 2028 Los Angeles’.
Hal itu diungkapkan Aldila usai mendapatkan apresiasi dari Ketua Umum Pelti Nurdin Halid di sela-sela pertandingan eksibisi bertajuk ‘Eugenie Bouchard Tennis Exibition’ yang digelar di Stadion Tenis Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu pagi (9/9/2024).
Aldila mengaku senang dan mendukung program Pelti Road To 2028 LA Olympic.
“Saya sangat mendukung program tersebut dan siap bekerja keras bersama teman-teman petenis Indonesia lainnya untuk mewujudkan target lolos ke Olimpiade 2028 di Los Angeles,” ujar Aldila.
Aldila Sutjiadi hadir di Stadion Tenis GBK pagi itu atas undangan Ketua Umum Pelti Nurdin Halid. Pagi itu pukul 07.00 WIB, usai mendarat di bandara Soekarno – Hatta usai mengikuti US Open, Aldila langsung menuju Stadion Tenis GBK.
Ketua Umum PSSI periode 2003 – 2011 itu mengaku bangga dengan pencapaian Aldila selama ini, termasuk keberhasilan menembus babak semifinal US Open awal September 2024 ini.
“Sebagai Ketua Umum Pelti, saya sangat mengapresiasi atas prestasi Aldila selama ini, khususnya keberhasilan menembus semifinal ganda campuran di US Open. Pelti akan terus mendukung Aldila dalam mengukir prestasi bagi Indonesia di kancah tenis dunia,” ujar Nurdin Halid yang disambut aplaus sekitar 800 penonton Stadion Tenis GBK.
US Open adalah ajang tenis Grand Slam keempat dan terakhir setelah Australian Open, Prancis Open, dan Wimbledon. Turnamen US Open merupakan ajang olahraga tahunan yang paling banyak ditonton di dunia, baik yang hadir langsung di stadion maupun melalui siaran langsung televisi dan streaming. Total hadiah uang yang diberikan pada para atlet mencapai $50 juta dolar.
Di US Open 2024 ini, Aldila juga berlaga di nomor ganda putri dan berpasangan dengan petenis Jepang, Ena Shibahara. Namun, langkah Aldila terhenti di babak 16 besar.
Pada ganda campuran, peraih Remaja Berprestasi di Amerika Serikat dalam Elite 90 oleh The National Collegiate Athletic Associate (NCAA) ini sukses mencapai semifinal dengan pasangannya petenis veteran India, Rohan Bopanna. Di semifinal, Aldila harus menyerah dari pasangan Taylor Townsend dan Donald Young.
Aldila mengaku senang dan bangga mendapatkan apresiasi dari Nurdin Halid atas pencapaiannya selama ini, khususnya di Grand Slam US Open. Petenis kelahiran Jakarta ini berhasil menoreh sejarah baru bagi Indonesia sebagai satu-satunya petenis Indonesia yang sukses mengukir prestasi tiga kali menembus babak semifinal Grand Slam.
“Terima kasih atas apresiasi dan dukungan Pak Nurdin Halid selaku ketua umum Pelti. Mohon doanya selalu agar saya bisa terus berprestasi dan menjadi duta bangsa Indonesia di kancah tenis internasional,” ujar Aldila.
Prestasi gemilang Aldila tidak hanya mengharumkan nama Bangsa saja, tapi juga membuktikan bahwa talenta tenis Indonesia mampu bersaing di level tertinggi dunia. Nurdin Halid pun berharap, Aldila menjadi ujung tombak proyek strategis Pelti ‘Road To Olimpiade 2028 Los Angeles’.
Politisi senior Partai Golkar itu pun berpesan kepada Aldila: “Jangan pernah lelah berjuang meraih prestasi tinggi. Teruslah berlatih keras dan disiplin dalam mengikuti berbagai event tenis dunia. Saya percaya, kerja keras dan disiplin akan mengantar tenis Indonesia ke Olimpiade. ”
Road To 2028 LA Olympic adalah salah satu program strategis dalam Visi Besar Ketua Umum Pelti Nurdin Halid yang disampaikan dalam Munas Pelti, Juli 2024 lalu.
Dalam ‘Visi Pelti 2045 Membangun Industri Tenis Menuju Indonesia Emas’, Nurdin Halid memasang target tinggi yaitu mencetak petenis berdaya saing tinggi di tingkat global. Sejalan dengan trend sport industry, pengelolaan olahraga tenis harus berorientasi pada prestasi dan bisnis yang menguntungkan.
“Sambil memperkuat pondasi industri tenis, Pelti harus bisa mencetak prestasi hebat, mulai dari mempertahankan juara umum SEA Games, medali emas Asian Games, hingga meloloskan petenis Indonesia ke Olimpiade 2028 Los Angeles,” ujar Nurdin Halid.
Saat ini, konsep dan strategi implementasi Proyek Road To Olimpiade 2028 sedang dimatangkan dan akan diluncurkan secara resmi saat Rakernas dan HUT Pelti pada Desember 2024 mendatang.
Sosialisasi tentang program strategis tersebut sudah dimulai ketika Nurdin Halid mengadakan acara silaturahmi bertajuk Meet & Greet Ketua Umum PP Pelti dengan Atlet Tenis nasional dan internasional yang digelar di kediamannya di kawasan Cibubur, Jakarta Timur, akhir Agustus 2024 lalu.
Sistem Promosi Degradasi
Menurut Ketua Bidang Pembinaan Prestasi Pelti, Dedy Prasetyo, proyek Road To Olimpiade 2028 Los Angeles akan menyertakan para petenis terbaik Indonesia putra dan putri, baik tunggal maupun ganda. Para petenis dipilih berdasarkan prestasi di level nasional dan internasional dengan memakai rangking atau peringkat sebagai indikator utama.
“Karena mengacu pada peringkat nasional dan internasional, maka petenis yang masuk ‘pelatnas berjalan’ untuk Olimpiade bersifat dinamis. Artinya, sistem promosi dan degradasi yang dipakai mengacu pada prestasi petenis. Dalam Proyek Road To Olimpiade ini, Pelti akan berperan membantu peningkatan prestasi atlet tenis,” ujar Dedy.
Lebih jauh, Dedy memaparkan beberapa faktor yang menentukan level kualitas teknik, taktik, fisik, dan mental seorang petenis. Disebutkan antara lain kualitas infrastruktur dan sarana pendukung, mutu pelatih, penerapan sport science, dan intensitas keikutsertaan dalam turnamen nasional dan internasional secara berjenjang, serta dukungan pendanaan dari pemerintah maupun sponsorship.
“Saya sudah bicara dengan Ketua Umum Pak Nurdin Halid. Kita harus jujur bahwa semua elemen tersebut di Indonesia tergolong low level. Tak heran kalau para petenis kita umumnya tak berdaya jika terjun di berbagai turnamen ITF. Hanya satu dua petenis saja yang cukup mampu bersaing. Impactnya otomatis ke mutu tim nasional tenis kita yang terus melorot,” kata Dedy Prasetyo.
Jadi, lanjut Dedy, banyak yang harus dibenahi jika ingin petenis kita bersaing di tingkat regional (ASEAN dan Asia) maupun dunia. Tapi, jika harus memilih, maka Dedy menyebut dua skala prioritas. Pertama, meningkatkan kualitas pelatih-pelatih tenis dengan ilmu tenis terkini. Itu terkait cara melatih teknik, taktik, kekuatan, kecepatan, dan akurasi.
“Kedua, memperbanyak petenis nasional kita terjun di berbagai turnamen internasional ITF karena di sanalah sesungguhnya kompetisi berjenjang bagi petenis untuk naik ke level elit dunia,” tandas Dedy.
Terkait faktor kualitas pelatih, Pelti berencana mengontrak pelatih atau konsultan teknik kelas dunia yang pernah melahirkan petenis-petenis elit dunia. Sebab, percuma banyak mengikuti turnamen namun teknik dan taktik serta mental bertanding lemah. Hasilnya kita akan tetap berjalan di tempat.
Selain fokus menangani petenis di pelatnas, konsultan teknis itulah yang akan meningkatkan kualitas pelatih tenis kita. Harapannya, petenis-petenis berbakat kita mendapat sentuhan ilmu permainan tenis modern. Pelatih-pelatih tenis modern ini jugalah yang akan mendampingi petenis kita ketika mengikuti tur ITF.
“Selama ini, praktis petenis kita solo run tanpa didampingi pelatih ketika turnamen internasional. Padahal, keberadaan pelatih di samping petenis sangat penting,” ujar Dedy.
Dedy mengakui, persoalan utamanya karena ketiadaan sponsor untuk membiayai para petenis dan pelatih pendamping untuk terjun di turnamen internasional. Hanya ada segelintir petenis yang mampu mendapatkan sponsor sehingga bisa terjun di turnamen internasional.
“Karena itu, Program Go To Olimpiade 2028 Los Angeles yang dicanangkan Ketua Umum Pak Nurdin Halid menjadi terobosan penting. Sebab, nantinya para petenis akan dicarikan sponsor secara kolektif tanpa meniadakan sponsor individu petenis,” jelas Dedy. “Jika ada sponsor, maka petenis elit kita bisa makin sering ikut tur ITF, didampingi pelatih.”
Infrastruktur dan Sentuhan Sport Science
Sejalan dengan Dedy Prasetyo, Kepala Badan Perencanaan, Digitalisasi, Infrastruktur dan Sport Science Pelti, Prof. Dr. Syahrial, menegaskan pentingnya dukungan infrastruktur pelatnas modern yang dilengkapi sport science serta manajemen tenis berbasis teknologi digital.
“Sejauh ini, Indonesia belum memiliki national training center yang dilengkapi fasilitas modern sesuai standar ITF yang didukung sport science. Karena itu, salah satu yang urgent diperjuangkan ialah memodernisasi fasilitas Stadion Tenis di Gelora Bung Karno yang dilengkapi fasilitas modern dan sport science untuk pelatnas petenis tim nasional,” ujar Syahrial, Guru Besar Olahraga Universitas Negeri Padang.
Keinginan Pelti itu, kata Syahrial, sangat wajar untuk kepentingan pelatnas tim nasional tenis.
“Sebab, Stadion tenis GBK milik negara. Timnas tenis membawa nama negara. Jadi, seharusnya keinginan Pelti itu tidak sulit diwujudkan,” ujar Syahrial, mantan Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Wakil Rektor Universitas Negeri Padang.
Selain itu, perlu dibangun minimal 4 lapangan lagi di sekitar stadion tenis GBK untuk melengkapi 2 lapangan yang sudah ada di dalam stadion. Dengan 6 lapangan, Stadion Tenis GBK bisa memenuhi syarat menggelar event internasional di satu lokasi.
“Jadi, selain untuk pelatnas, Stadion Tenis GBK ke depannya akan menjadi venue kejuaraan tenis bergengsi internasional,” tandas Syahrial lagi.
Syahrial menambahkan, Pelti menargetkan terbangunnya 10 training center modern, baik yang dibangun oleh pemerintah dan Pemda maupun oleh pihak badan usaha swasta dan BUMN/BUMD.
Selain menjadi venue berbagai turnamen nasional dan internasional, training center itu juga akan menjadi pusat latihan bagi para petenis berbakat.
“Karena itu, kerjasama dengan pemerintah maupun swasta termasuk di dalamnya aspek sport science. Salah satu yang menjadi fokus sport science ialah sistem identifikasi dan deteksi petenis berbakat sebagai basis pengembangan atlet,” ujar Syahrial, mantan Ketua Umum KONI Sumatera Barat dan kini Ketua Pengurus Pusat Ikatan Sarjana Olahraga Indonesia (ISORI).
Saat ini, ada dua training center yang diproyeksikan Pelti. Pertama, kompleks National Tennis Centre, ITDC Nusa Dua, Bali yang sudah dibangun oleh perusahaan swasta Amman Mineral. Kedua, training center modern Tentrem Racqet Club Sisingamangaraja di Semarang yang saat ini dibangun oleh perusahaan swasta Sido Muncul.
Bersamaan dengan pembenahan infrastruktur tenis modern, Pelti juga kini sedang menata sistem dan pengelolaan kompetisi dan turnamen berbasis teknologi digital.
“Di era digital saat ini, pengorganisasian berbagai turnamen yang diikuti ribuan petenis profesional dan amatir sangat penting. Selain stakeholders tenis tekonsolidasi secara efektif efisien, sistem dan manajemen digital juga otomatis akan ‘mengikat’ pasar tenis Indonesia,” pungkas Syahrial.
Tinggalkan Balasan