BONEPOS.COM, BONE – Beberapa hari lalu, kita telah menobatkan diri menjadi pemenang. Kita telah bertakbir usai Ramadan. Dan melafazkan Allahu Akbar…. Allahu Akbar… Allahu Akbar pertanda kemenangan sudah diraih.
Kita menang mengalahkan hawa nafsu. Kita menekan keegoisan untuk tetap berada di garis ke-Ilahian. Kita meraih ketakwaan karena kita menjalani ujian yang dipersembahkan Ramadan.
Kita tentu bersyukur, kita masih diberi waktu untuk menjalani Ramadan sebulan penuh. Kita diberi waktu untuk merayakan kemenangan di bulan Syawal, Idufitri.
Kita telah diberi rasa nikmat untuk menjalani kehidupan yang fitri, menjadi manusia yang terbebas dari dosa. Karena esensi Bulan Ramadan adalah menuntun manusia (beriman) meraih ketakwaan.
Ruang-ruang medsos pun dipenuhi ucapan saling memaafkan. Ucapan kalau ada dosa, khilaf diantara kita mohon dimaafkan. Maaf lahir dan batin.
***
Tiba-tiba saya mendapatkan undangan dari beberapa grup FB. Tentu niatnya adalah diundang untuk bergabung silaturahmi dalam dunia maya.
Banyak cuitan-cuitan yang menarik. Banyak senggolan-senggolan yang menggoda. Bahkan banyak pula ungkapan hati ke hati serta ungkapan kebencian turut mengisi ruang-ruang medsos tersebut.
Kini medsos telah dijadikan salah satu wadah untuk berdebat. Saling singgung. Saling hujat. Padalah media sosial salah satu tujuannya, sebagai media komunikasi alternatif untuk masyarakat. Media silaturrahmi.
Dalam berbagai literasi didapati penjelasan tentang tujuan bermedsos. Seperti, aktualisasi diri. Untuk sebagian besar orang, media sosial ialah tempat untuk aktualisasi diri.
Mereka menunjukkan bakat serta keunikan di media sosial sehingga bisa dilihat banyak orang. Tidak heran mengapa di kala ini banyak artis berlomba-lomba buat terkenal di media sosial mereka.
Tujuan lainnya, membentuk komunitas. Komunitas online sangat gampang ditemui saat ini, baik itu di web forum ataupun di web social network yang lain. Medsos jadi wadah tempat berkumpulnya masyarakat online yang mempunyai atensi yang sama untuk berkomumikasi di antara mereka.
Yang lainnya adalah untuk Menjalin Hubungan Pribadi. Media sosial pula berfungsi penting dalam aktivitas menjalin hubungan pribadi dengan orang lain. Tak heran, banyak pengguna medsos yang menemukan sahabat, pendamping hidup, rekan bisnis, dan yang lainnya.
Media pemasaran atau media bisnis juga telah menjadi tujuan dari medsos. Karena bisa kita lihat munculnya berbagai bisnis online dan terpromosi dengan baik.
***
Tiga bulan masa pandemi Corona, telah mengajari kita bertahan di bawah tekanan. Kita selalu disodori dengan hidangan berita yang memilukan hati. Orang-orang terpapar virus Corona serta kehidupan ekonomi yang terjungkal.
Setiap saat kita dihidangkan berita yang cukup membuat imun tubuh jeblok. Suasana batin dan pikiran tertekan karena entah dari mana virus itu memasuki diri kita.
Dan kini, kita dalam masa melawan kecemasan itu. Saatnya kita keluar dari rasa takut untuk hidup seperti sebelumnya. Kita bangkit dengan slogan New Normal atau Kenormalan Baru.
Seperti yang dijelaskan dari “badan bahasa”, New Normal sudah memiliki istilah Indonesia yaitu Kenormalan Baru. Kata Normal sebetulnya dalam bahasa Inggris sudah dijadikan nomina, makanya jadi New Normal.
Kita harus bergerak cepat untuk melawan keterpurukan. Mengambil langkah untuk mempercepat penanganan Covid-19 dalam bidang kesehatan, sosial, dan ekonomi.
Skenario new normal dijalankan dengan mempertimbangkan kesiapan daerah dan hasil riset epidemiologis di wilayah terkait. Kita harus kuat dan berjuang hidup berdampingan dengan Corona. Karena menurut Lembaga Biologi Molekuler atau LBM Eijkman menyatakan, virus Corona tidak akan hilang dari muka bumi dalam waktu yang lama.
Karena itu, istilah berdampingan lebih tepat digunakan daripada berdamai dengan virus Corona. Dan yang perlu dilakukan adalah mengenali virus tersebut untuk bisa mencegah penularannya.
Kini saatnya sadar diri. Bergerak atau memilih berdiam diri di rumah dan terpuruk. Bergerak keluar dengan gaya baru. Keluar dengan berbekal masker, hand sanitizer, dan sarung tangan.
Tetaplah jaga jarak tapi hati jangan. Hati tetap terjabat erat karena lebih jujur dibanding sebuah jabat tangan.Dengan hati yang bersih niscaya akan melahirkan pikiran dan tindakan yang baik pula.
Dengan hati yang bersih, tentu akan memfilter berita yang baik atau tidak. Berita yang benar atau hoaks.
Ingatlah, sesungguhnya di dalam tubuh kalian terdapat segumpal daging; bila ia baik, maka akan baik seluruh badannya. Namun bila ia rusak, akan rusak pula semua tubuhnya. Ingatlah, itu adalah hati.
Koreksi dan sadar diri tentu sangat perlu. Diri kita ini harus memahami ketakberdayaan melawan virus. Sehingga kita bisa hidup dalam suasana kenormalan baru. Hidup normal dalam suasana kefitrian, usai menjalankan puasa Ramadan.
Cukuplah ke semua cobaan ini adalah teguran dari langit. Teguran sebelum langit runtuh. Wallahu a’lam. (Bahtiar Parenrengi/ril)
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.