Biaya logistik Indonesia masih tinggi. Pelindo tak patah hati, tetapi berinovasi menghadirkan aplikasi.

NAMANYA, Pelindo Terminal Operation System – Multipurpose (PTOS-M). Aplikasi yang dilahirkan Pelindo ini untuk mempersingkat waktu port stay, cargo stay, hingga meminimalisir terjadinya pungutan liar (pungli).

Semangat hadirnya aplikasi ini, guna penyatuan standardisasi pelayanan di seluruh wilayah kerja paska-merger Pelindo. Termasuk di Pelabuhan Soekarno Hatta di Makassar, wilayah kerja Pelindo Regional 4.

Pelabuhan Soekarno Hatta merupakan pelabuhan paling sibuk di Kawasan Timur Indonesia (KTI). Lokasinya terletak di Jalan Nusantara, Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan.

Maka tidak heran, Kementerian Perhubungan RI memasukkan Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar sebagai pelabuhan kelas utama. Pelabuhan dengan lalu lintas penumpang paling tinggi dan lalu lintas kargo paling besar di Pulau Sulawesi.

Pelabuhan ini mempunyai dua dermaga utama, yakni Dermaga Soekarno dengan panjang mencapai 1.460 meter dan lebar 11 meter. Sedangkan dermaga lainnya, Dermaga Hatta, berukuran lebih kecil dengan panjang 574 meter dan lebar 10 meter.

Dermaga Soekarno digunakan untuk aktivitas bongkar muat kapal kargo umum hingga layanan penumpang kapal. Sementara dermaga lainnya yang dikenal dengan nama Dermaga Hatta pemanfaatannya untuk bongkar muat peti kemas.

Siapa sangka, aktivitas padat Pelabuhan Soekarno Hatta dikendalikan dari ruangan yang ukurannya kurang lebih 8×5 meter persegi, yakni Control Room yang berada di lantai 1 Kantor Pelindo Regional 4 di Makassar.

Raut muka fokus tergambar jelas di wajah pegawai yang bertugas di Control Room Pelindo Regional 4 di Makassar saat penulis tiba di ruangan itu, Selasa (22/8/2023), sekitar pukul 13.50 WITA.

Di dalam Control Room tersebut berjejer rapi komputer dan laptop di atas meja, jumlahnya 10 unit. Lalu, pada bagian depan tergantung enam layar monitor berukuran kurang lebih 32 inch. Masing-masing layar menyajikan data yang berbeda.

Demikian pegawai yang duduk di depan komputer dan laptop, masing-masing juga memiliki tanggung jawab yang berbeda-beda.

Setelah mendapatkan izin berbincang dengan pegawai di Control Room, penulis kemudian melangkahkan kaki menghampiri pegawai yang berada di pojok barisan depan sebelah kiri. Namanya, Airlangga. Posisinya Planner Pelayanan Kapal Subholding Pelindo Jasa Maritim (SPJM).

Tugas Airlangga tidak ringan. Dia harus memastikan seluruh kelengkapan administrasi setiap kapal yang akan sandar dan berlayar mesti sesuai ketentuan yang berlaku.

Airlangga berposisi Planner Pelayanan Kapal Subholding Pelindo Jasa Maritim (SPJM) memeriksa dokumen kapal dalam bentuk digital di depan layar monitor laptopnya di Control Room. (Ashri/Bonepos.com)

Dokumen administrasi yang diperiksa Airlangga tidak lagi dalam bentuk tumpukan berkas kertas. Melainkan sudah dalam format digital. Alhasil, Airlangga harus mencermati setiap dokumen yang terpampang di depan layar monitor laptopnya.

Maka jangan heran, di atas meja pegawai Control Room hanya ada thumbler yang isinya penulis taksir sekitar 1 liter, botol air mineral plastik, ponsel, dan kalkulator. Tak ada lagi kertas.

“Saya bertugas melakukan pemeriksaan dokumen. Jadi sebelum sandar dan sebelum berangkat dari dan ke Pelabuhan Makassar, semua kapal harus memenuhi kelengkapan administrasi dokumennya. Kalau tidak lengkap, maka tidak bisa diproses,” kata Airlangga yang mengenakan jaket berwarna hitam berpadu putih.

Selama merger Pelindo, kata Airlangga, sangat terasa standardisasi pekerjaan yang dilakoni. Bukan hanya itu, juga transformasi digital yang begitu kental.

Senada dengan Airlangga, wanita di samping kiri Airlangga, Sahe, juga tak kalah seriusnya. Perempuan berhijab warna krem tersebut mengamati setiap kolom dan baris yang tergambar di depan monitor komputer.

“Saya bagian billing. Tugasnya untuk tagihan kapal. Semua serba digital. Termasuk pembayarannya,” ucapnya dengan ramah.

Dengan konsep digital seperti ini, pengguna jasa tidak perlu lagi menggunakan uang tunai sebagai pembayaran. Karena transaksi sudah bisa dilakukan di mana saja tanpa harus bertatap muka langsung.

Implementasi sistem digital ini merupakan semangat dan upaya Pelindo Group dalam mencegah ruang terjadinya korupsi. Pembenahan di seluruh aspek tak terhindarkan.

Proses-proses yang sebelumnya manual dan transaksional di pelabuhan, perlahan berganti menjadi sistem digital. Sehingga peluang terjadinya korupsi bisa dihapus dan tidak ada kesan hadirnya pungli di kawasan pelabuhan di Bumi Pertiwi.

Pelabuhan Soekarno Hatta yang mempunyai area lapangan penyimpanan kontainer seluas 56.812 meter persegi, tidak lama lagi bakal menerapkan aplikasi PTOS-M secara penuh. Tinggal menghitung hari peluncuran Go-live sistem PTOS-M di Subholding Pelindo Multi Terminal (SPMT) Branch Makassar.

Pacu Kinerja

Branch Manager Makassar SPMT, Chairil Anwar mengungkapkan, tahapan penerapan sistem aplikasi PTOS-M ini sudah dilaksanakan. Ini merupakan bagian dari pilar teknologi.

Di mana transformasi kepelabuhanan mencakup enam pilar seperti Proses Bisnis, SDM, Teknologi, Peralatan, Infrastruktur, hingga health safety security and environment (HSSE).

Pengaplikasian sistem Go-live PTOS-M merupakan upaya standardisasi operasional SPMT guna memacu kinerja dan menyajikan layanan terbaik kepada pengguna jasa SPMT Branch Makassar. Salah satunya dengan memperpendek waktu sandar.

Aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Soekarno Hatta di Makassar, wilayah kerja Pelindo Regional 4. (Ashri/Bonepos.com)

“Sebelumnya bongkar pupuk urea dengan jumlah tonase 40 ribu ton mencatat angka port stay 12 hari, namun setelah transformasi aktivitas bongkar pupuk urea dengan jumlah tonase yang sama, 40 ribu ton, angka port stay bisa dipersingkat menjadi 6 hari saja, tetapi itu berproses dan akan diusahakan serendah-rendahnya,” ungkap Chairil Anwar.

Dengan port stay yang singkat, bisa meminimalkan biaya-biaya yang dikeluarkan pengguna jasa SPMT. Sehingga pengguna jasa bisa memaksimalkan pendapatan.

Melalui pengaplikasian PTOS-M, kata Chairil Anwar, bisa mengukur kecepatan bongkar muat secara akurat, benang kusut aktivitas operasional kepelabuhanan bisa diketahui bagian yang mengalami gangguan. Sehingga bisa dengan cepat dilakukan perbaikan.

Sementara itu, Vice President Transformasi Operasi SPMT, Oscar Herminto Hasmoro menyampaikan, cara kerja sistem penerapan aplikasi PTOS-M berkonsep pengajuan customer pada portal website. Sehingga pengguna jasa tidak perlu ke kantor Pelindo lagi. Semua serba digital.

“Nanti diterima pengajuannya secara digital dan kami (Pelindo, red) bikinkan operation planning, selanjutnya mengarahkan ke bagian terkait untuk dieksekusi. Ada bagian control room yang mengawasi, memonitor operasi jangan sampai terjadi deviasi, sehingga diharapkan port stay terkontrol dan cargo stay lebih pendek, biaya lebih rendah dalam menggunakan jasa pelabuhan,” papar Oscar.

Oscar tidak menampik, penyeragaman transformasi dan standardisasi kepelabuhanan, tidak semudah membalikkan telapak tangan. Butuh proses.

“Kendala ada, seperti people eksternal. Bagaimana kita mengedukasi orang agar tidak sembarangan memasuki area di pelabuhan. Karena ada area yang mesti steril,” ucapnya.

Project Manager PTOS-M, Fajar Matius Ginting menuturkan, aplikasi ini dirancang khusus internal Pelindo, peruntukannya sesuai kebutuhan.

“Jadi melalui layar akan dipantau (kegiatan operasional di lapangan, red). Kegiatan diatur oleh planner dan dikontrol,” katanya.

Catatan Positif

Setahun lebih paska-merger, Pelindo mencatatkan pertumbuhan kinerja positif, khususnya Pelindo Regional 4 Makassar. Menjadi bukti buah manis upaya transformasi dan standardisasi pelayanan.

Pada semester I 2022 jumlah arus penumpang di Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar sebanyak 316.015 orang. Tahun 2023, terjadi lonjakan signifikan dengan mengalami pertumbuhan 134,44 persen.

Pada arus barang non peti kemas Pelindo Regional 4 Makassar menorehkan catatan pertumbuhan 119,45 persen. Di mana realisasi semester pertama 2022 sebanyak 1.324.960 ton/m3, di periode yang sama 2023 ini melejit ke angka 1.582.721 ton/m3.

Selanjutnya semester awal 2023, arus kapal posisinya menembus 17.745.994 Gross Tonnage (GT) atau mengalami pertumbuhan 110,26 persen bila dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Asa Pengguna Jasa

Upaya transformasi dan standardisasi yang diterapkan Pelindo, perlahan mulai dirasakan oleh pengguna jasa. Sistem kepelabuhanan mengarah ke hal positif.

Hal itu bisa dirasakan pada pelayanan Pelindo Regional 4 Makassar. Salah satunya proses port stay dan cargo stay, kian singkat.

Dewan Pembina Indonesian National Shipowners Association (INSA), Haji Sumirlan mengakui hal itu. Perubahan pelayanan begitu terasa. Khususnya dalam satu tahun terakhir.

Lelaki yang juga mantan pemain PSM Makassar ini, tak menampik, semula penyatuan Pelindo menimbulkan polemik. Lantaran, ada hal baru yang diterapkan. Sehingga butuh waktu adaptasi. Dari manual menjadi digital.

Dewan Pembina Indonesian National Shipowners Association (INSA), Haji Sumirlan. (Muhammad Ashri Samad/Bonepos.com)

Seiring berjalannya waktu, kata Haji Sumirlan, sistem kepelabuhanan, perlahan menunjukkan tren yang baik.

“Awal-awal sempat bermasalah. Karena sistem kepelabuhanan berubah. Lama-lama mulai terbiasa dan pelan-pelan sudah lancar,” jelas Haji Sumirlan, seusai meneguk secangkir kopi saat ditemui penulis di salah satu warung kopi yang lokasinya tidak jauh dari pintu Pelabuhan Soekarno Hatta, Kamis (24/8/2023).

Haji Sumirlan mengakui bahwa mengubah sesuatu butuh waktu. Kuncinya, sabar. Kesepahaman untuk menguatkan kolaborasi. Bukan semata ego pribadi. Melainkan ada kontribusi bagi Bumi Pertiwi, Indonesia.

Haji Sumirlan paham, transformasi dan standardisasi yang dilaksanakan Pelindo bertujuan meningkatkan kualitas pelayanan.

Digitalisasi yang diberlakukan Pelindo, juga salah satu upaya pembenahan ke arah hal positif.

“Kekurangan yang ada terus diperbaiki. Tentu kita mendukung terjadi perubahan yang lebih baik paska-merger Pelindo,” ucap Haji Sumirlan. (Muhammad Ashri Samad)